Showing posts with label funny. Show all posts
Showing posts with label funny. Show all posts
Sunday, April 12, 2015

Tiada Hari Tanpa Tawa: Pengalaman Medical Check-Up

Ilustrasi dokter
Gw punya banyak pengalaman lucu tapi menakutkan saat mengunjungi dokter. Semua ini disebabkan karena gw takut sama alat-alat medis. Ga usah ngomongin gunting atau pisau bedah, deh. Jarum aja, gw takut. Sebenernya, gw akuin, tes darah atau suntik itu ga sakit-sakit banget. Bahkan jatuh dari sepeda yang udah pernah gw alami berpuluh-puluh kali saat gw masih kecil, jauh lebih sakit. Tapi entah kenapa, gw tetep takut. Dan karena gw takut, hal-hal yang mungkin ga begitu sakit, terasa 100x lebih menyakitkan.

Balik ke topik. Duluuuu, untuk memperpanjang visa kerja, tiap tahun gw diwajibkan untuk melakukan medical check-up. Selama ini, gw pernah menjalani proses medical check-up sebanyak 3 kali: dua kali di klinik biasa di Kuala Lumpur dan sekali di rumah sakit umum di Jakarta.

Kalo check-up di klinik, urutan tesnya biasanya sebagai berikut: tes urin, ngecek tekanan darah, tes darah, dan X-ray. Anehnya, tiap mereka ngecek tekanan darah gw, gw selalu ditanyain:
"Apakah adik stress?"
"Semalam kurang tidur, kah?"
"Apa adik sedang gelisah atau under-pressure?"
"Tensinya, kok, tinggi sekali, ya? Biasanya memang beginikah?"
Yang akhirnya semua pertanyaan itu gw jawab dengan terus terang, "Iya, emang lagi takut," sambil menunjuk jarum untuk tes darah yang letaknya masih dalam ruangan yang sama.

Dikasih tau begitu, eeehhh, si perawat malah ketawa. Gw malah disuruh tutup mata, rileks, tarik napas, buang napas, tarik napas, buang napas, gitu terus beberapa kali. Dua kali gw check-up, dua kali juga gw harus ngelakuin kaya gini.

Tangan Gw Dipukulin!

Check-up pertama, gw ngerasa dokternya agak-agak aneh. Setelah cek tekanan darah selesai, gw dioper ke dokter buat ambil darah. Si dokter mukanya jutek, ga ada senyum-senyumnya. Entah karena dia kesulitan nemuin pembuluh darah gw atau memang mood dia lagi ga bagus, dia malah mukulin siku gw bagian dalam berkali-kali. Sampe MERAH! Ga sakit sih, tapi tetep aja MERAH. Gw ga berani komplen karena dia megang jarum sambil pasang tampang jutek. Setelah itu, tangan gw linu seharian.

Gw Ditusuk Berkali-Kali!

Check-up kedua, dokternya baik hati dan sabar. Tapi mungkin kurang berpengalaman dalam soal ambil-mengambil darah. Atau mungkin pasiennya aja kali ini yang nadinya ga keliatan gara-gara saking takutnya.

Gara-gara dia ga nemu pembuluh darah gw di lengan bagian dalam, dia mencoba mengambil darah dari punggung tangan, yang menurut dia pembuluh darahnya lebih keliatan.

Dicoba satu kali, ga ada darah yang keluar. Gw bilang, di situ kayanya ga bakalan bisa. Dari dulu, dokter selalu ngambil darah dari lengan bagian dalam. Gw berharap dia dengerin gw. Eeehh, dia tetap mau coba sekali lagi.

Kedua kali, tetep ga ada darah keluar. Gw udah berasa mau teriak-teriak dan nangis ngeliat ada 2 bolongan di punggung tangan gw, dan dia masih berencana mencoba sekali lagi.

Untungnya niat mencoba yang ketiga dia urungkan. Mungkin karena kasian ngeliat muka gw yang udah mau nangis.

"Adek makan dulu aja, biar lebih relaks," rupanya dia menyerah. Gw menggeleng, gw bilang kalo tes darah abis makan, takutnya hasilnya kurang cocok. Soalnya gw dulu pernah 1-2 jam abis makan langsung tes darah, hasilnya: kolestrol tinggi. Besok-besoknya pas tes lagi, ternyata normal.

Akhirnya si dokter tadi coba lagi ngambil dari siku, walau dia ga begitu yakin letak pembuluh darahnya. Untungnya, percobaan ketiga berhasil!! Gw menarik napas lega.

Anehnya, walau ditusuk berkali-kali, tangan gw ga linu kaya check-up yang sebelumnya.

Oh, EKG Gitu Doank?

Check-up ketiga gw lakukan di rumah sakit umum di Jakarta, sehingga prosedurnya lebih komplit dan harganya pun lebih mahal, sekitar Rp 600 ribu. Gw ga begitu inget urutannya, tapi gw inget tes darah itu dilakukan paling awal, setelah itu baru tes mata, tes kesehatan secara general, X-ray, EKG, dan tes kesehatan mulut dan gigi.

Kejadian lucu bermula saat gw berada di ruangan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Gw disuruh buka baju beserta pakaian dalam, dan tidur di atas kasur yang udah disediakan. Awalnya gw bingung, kenapa gw harus buka baju segala? Gw tengok kiri kanan, dokter dan perawatnya cewek semua. Tapi tetep aja gw malu dan risih.

Gw pun nurut. Buka baju dan berbaring di kasur. Di samping kasur, ada sebuah mesin dengan banyak kabel. Beberapa kabel ada penjapitnya dan beberapa kabel lain ada bantalannya. Si perawat pun mengambil kabel yang ada penjapitnya, dan dijapitkan ke kedua pergelangan kaki dan pergelangan tangan gw. Terus dia ngambil beberapa kabel lain yang ada bantalannya, dan dipasang di sekitar dada gw, dekat payudara, yang sebelumnya sudah dikasih gel. Kira-kira seperti ini penampakannya:
Prosedur EKG (Aviva, 2015)
Sejujurnya, gw ga ngerti gw bakal diapain. Apakah prosedurnya bakal menyakitkan? Dalam bayangan gw, mungkin saat proses pemeriksaan dimulai, semua kabel ini bakalan ngalirin listrik! Gw deg-deg an dan pasrah. Gw liat si perawat lagi sibuk mencet-mencet tombol di mesin EKG, beberapa kali gw denger dia narik kertas dan menyobeknya. Hal tersebut berlangsung cukup lama, kurang lebih 5-10 menit.

Gw mulai mikir, jangan-jangan, ada masalah sama alatnya, mungkin tintanya habis. Abisnya, kok, pemeriksaannya ga mulai-mulai dan si perawat malah sibuk nyobekin kertas? Gw makin deg-degan.

Akhirnya si perawat nyamperin gw.
"Apakah adik stress?"
"Apa adik sedang gelisah atau under-pressure?"
"Detak jantungnya, kok, cepet banget, ya?"

Lho, jadi cuma gini doank toh meriksanya? Jadi, dari tadi mesin itu udah jalan? Ga ada setrum-setrumnya? Hati gw ketawa. Malu juga kalo si perawat sampe tau kalo gw ketakutan gara-gara gw pikir mau disetrum.

Akhirnya, gw cuma jawab kalo gw ga stress, ga gelisah, dan ga under pressure. Gw pun minta dicoba lagi, dia setuju. Syukurlah, setelah dicek sekali lagi, semuanya ternyata normal. Wah, kalo dari awal tau bahwa prosedurnya sama sekali tidak menyakitkan, mungkin gw bisa ketiduran. Hihihi.


Sekarang medical check-up ga diperlukan lagi buat memperpanjang visa, karena gw udah ganti tipe visa. Walaupun begitu, gw sadar kalo medical check-up itu penting, minimal setahun sekali, biar kalo ada apa-apa, bisa diobati sebelum terlalu parah. Ah, andai saja ada cara yang lebih tidak menakutkan untuk tes darah. 

Salam sehat!
Wednesday, September 3, 2014

Lika-Liku Software Engineer: Clients From Hell

Berinteraksi dengan clients, memang terkadang melelahkan. Sedikit sekali clients yang cerdas dan bijaksana. Sebagian besar justru sangat teramat unik sekali.

Berikut beberapa tipe clients from hell yang pernah gw temuin selama gw menjadi software engineer. Para client ini bikin sakit kepala, terbengong-bengong, tapi dalam hati, gw malah ngakak-ngakak.

Client Rasis
(Dengan nada lemah lembut plus senyum, bicara ke ras ABC)
(Sambil menunjuk puluhan masalah) "Ada update untuk menyelesaikan masalah ini? Apakah Anda semua membutuhkan waktu tambahan?"

(Dengan nada sarkastik, tanpa senyuman, bicara ke ras DEF)
(Sambil menunjuk tiga masalah) "Ada solusi??? Dari kemarin masalah ini belom terselesaikan juga?? Kalau saya jadi Anda, saya akan bekerja lebih giat lagi untuk menyelesaikan masalah ini!"
"Tapi, Pak... Masalah ini di luar konteks kami."
"Ck ck. Selalu saja begitu. Anda semua selalu membuang-buang waktu saya. Datang rapat cuma bicara saja, tanpa ada aksi apa-apa. Bla bla bla!"
"..."

Client 'I Don't Know'
Sesuai dengan namanya, kalimat favorit dia itu 'I don't care'.

"Maaf, Pak. Bagaimana kalau..."
"I don't know, I don't know. Jangan tanya saya."
"Tapi, Pak. Kalau kami tidak bertanya pada Bapak,..."
"I don't know, I don't know. Tanya yang lain dulu saja."

Client 'I Don't Care'
Mirip seperti client 'I Don't Know', client yang ini kalimat favoritnya itu 'I don't care'

"I don't care. Saya mau semuanya selesai besok pagi!"
"Pekerjaan ini setidaknya butuh waktu 3 minggu, Pak."
"I don't care how you do it. Pokoknya saya mau liat hasilnya besok pagi!"

Client 'I Don't Know and I Don't Care'
Kombinasi dari client 'I Don't Know' dan client 'I Don't Care'. Checkmate!

"Kalau Anda mau melanjutkan ke tahap ini, ada beberapa resiko yang harus Anda pertimbangkan."
"I don't know, I don't care! Anda, kan, yang expert dalam bidang ini. Anda yang seharusnya memberi saran..."
"Ya, ini kami sedang memberi Anda beberapa saran dan masukan. Tetapi kami butuh persetujuan dari Anda tentang..."
"Wah, jangan tanya saya. I don't know. I don't care. Saya cuma mau tahap selanjutnya bisa selesai besok pagi tanpa ada masalah."
"..."

Client 'I Don't Understand, But I Think You Are Wrong'

"2 x (3 + 4) itu sama dengan 2 x 3 + 2 x 4, hasilnya 14."
"Ya kita mengerti. Tapi hasil analisa kita beda. Dari data yang sama, 2 x (3 +4). Kita olah menjadi 2 x 3 + 2 x 4, hasilnya 32. I don't understand. Laporan Anda sepertinya salah, mohon dicek kembali."
"2 x 3 + 2 x 4 itu 14."
"I don't understand. Jelas-jelas 32."
"Perkalian harus didahulukan: (2 x 3) + (2 x 4) = 14."

(Satu bulan kemudian, setelah lama tidak ada kabar)

"Data bulan ini: 3 x 2 + 2 x 3, hasilnya berbeda dengan laporan Anda. Hasil analisa kita 24, tapi dari laporan Anda, hanya 12. Dua belasnya lagi hilang ke mana? I don't understand. Laporan Anda sepertinya salah, mohon dicek kembali."
"..."

Client Tidak Masuk Akal
"Saya mau bangun rumah yang berbentuk persegi panjang. Bisa?"
"Bisa, Pak. Ukurannya?"
"20m x 10m."
"Tapi, Pak, luas tanah Bapak cuma 100m persegi."
"Bikin dua lantai. Tapi saya mau Anda bangun lantai atas nya dulu. Saya ga sabar liat lantai atasnya."
"Itu ga mungkin, Pak."
"Oh satu lagi, saya mau rumah saya temboknya warna merah, tapi dicat dengan cat air warna hijau yang sudah saya sediakan."
"Eeerr.. Maksud Bapak?"
"Selain itu, saya mau di pekarangan saya dibikin igloo, karena saya mau pelihara kangguru. Di samping igloo, saya mau ada pohon kaktus raksasa yang benar-benar hidup."
"Permintaan Bapak sepertinya ga mungkin, Pak. Pertama, kita tidak bisa bangun rumah dari lantai atas dulu. Kedua, kangguru itu ga tinggal di dalam igloo. Ketiga,..."
"I don't know. I don't care. Anda, kan, expert dalam bidang ini. Saya mau semuanya selesai besok pagi."
"..."

Client  Bijaksana
Oopss.. kalo yang ini bukan tipe clients from hell!

Saturday, May 1, 2010

Stefanie = Jenifer?

"Ok, wait for a while. You are Jenifer, right?"
"Who is Jenifer?"
"Oh, sorry. Hmm.. Stefanie. Ya, Stefanie."
".........."

Jenifer lagi. Satu tahun ini, udah tiga orang manggil gw Jenifer.
Nice name. Tapiii.. siapa sih Jenifer itu??
Hmm... apa orangnya mirip kaya gw?
Cuek, imut (jangan protes! =P), tomboy, (sok) cool, suka ngasal, sering geje, ga tau malu dan autis?

Saking penasarannya, gw pernah nanya temen gw. Setelah mencari-cari nama Jenifer di facebook, ketemu satu Jenifer yang kemungkinan besar adalah 'Jenifer yang  mereka maksud'. Anak Indonesia juga. Satu kampus.

Via facebook, temen gw ngasih liat sosok si Jenifer itu. Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata....

DIA BEDA BANGET SAMA GW!!

Dia cantik, feminin, keliatan supel, ga keliatan aneh, dan ga kaya orang autis.

Dua perbedaan paling mencolok:
- Dia ga pake kacamata, sedangkan gw pake.
- Dia sering pake bando. Gw? Bando aja ga punya.

Asalnya gw mau 'nyolong' foto dia buat di-publish di sini, tapi batal. Takut disangka stalker. Hahaha...

Kesimpulan yang bisa diambil:
1. Gw cantik, feminin, dan imut... (kaya Jenifer gitu deh, protes tanda sirik =P).
2. Ternyata banyak juga orang yang visual intelligence-nya rendah kaya gw. =D

*Hmm... Apa si Jenifer itu pernah mengalami kejadian serupa, dipanggil dengan nama Stefanie, ya?*
Thursday, March 18, 2010

Apa Cara Jalan Gw Aneh?

Akhir-akhir ini gw lagi (sok) sibuk ngerjain Final Year Project (FYP) gw. Belum mulai sih, baru ngumpulin Project Proposal Form (PPF) ama nyelesain Project Specification Form (PSF) doank.

By the way, hari-hari sebelum FYP, gw selalu berdoa supaya gw dapet supervisor yang baek. Gw ga nunjuk nama, juga ga minta siapapun untuk jadi supervisor gw. Karena gw takut, yang gw pilih, belum tentu yang terbaik buat gw. Jadi biar aja dipilihin ama 'yang di atas'. Dan gw percaya siapapun yang terpilih, itu yang terbaik buat gw ^^.



Kemaren-kemaren, ada satu temen gw bilang gini: "Dari cara jalan lu, gw udah tau klo itu lu, Stef."
Pas gw tanya apakah cara jalan gw aneh, dia bilang ga, justru itu yang bikin gw unik. Hmm.. tambah bingung deh gw.

Yang lebih bikin gw bingung, udah banyak temen gw yang bilang cara jalan gw aneh. Kalo gw tanya aneh gimana, jawabannya beda-beda. Berikut jawaban-jawaban yang sering gw denger:
  • Jalannya miring-miring. Gw juga kurang mengerti miring-miring gimana. Perasaan sih, gw jalan lurus-lurus aja.
  • Jalannya kaya robot. Lah, emang robot jalannya miring-miring? :S
  • Pantatnya megal-megol. Gara-gara dibilang gini, gw jadi ngamatin cara orang-orang lain jalan. Dan dari hasil pengamatan gw. semua orang jalan kayanya pantatnya megal-megol, deh.
  • Jalan terlalu cepat, jadi kaya melayang-layang, ga napak tanah. Dulu iya.. tapi sekarang udah dikurangi kecepatannya, udah bisa menyesuaikan diri ama temen-teman gw di Malaysia yang jalannya super lambat. Kalo soal melayang-layang, jangan-jangan salah liat kali, mungkin itu bukan gw. Hiiiii!
  • Pas bawa payung, jalannya kaya nenek-nenek. Secara payungnya gw jadiin tongkat.
  • Ga tau juga anehnya gimana. Ya, pokoknya aneh deh! Speechless.
Hmm... kayanya gw mesti ikut kursus kepribadian buat belajar jalan kaya para model deh.