Showing posts with label kesehatan. Show all posts
Showing posts with label kesehatan. Show all posts
Saturday, April 2, 2016

Aturan Sang Mama Health Freak

Gw punya mama yang bener-bener peduli tentang kesehatan. Bahkan terlalu peduli dan suka paranoid sendiri. Lebih-lebih kalo ngeliat anak-anaknya yang bandel, mengkonsumsi makanan dan memiliki gaya hidup yang kurang sehat.

Berikut beberapa contoh 'aturan' tidak tertulisnya.

Makan dan Minuman

  1. Minum susu yang berkalsium tinggi setiap hari itu wajib, khususnya cewek karena cewek lebih rentan osteoporosis.
  2. Harus sering-sering minum air putih. Kemana-mana juga kalo bisa bawa air putih sendiri biar lebih hemat.
  3. Minum kopi cuma boleh kadang-kadang. Itupun harus dicampur dengan susu.
  4. Mau minuman bersoda kaya Coca-C*la atau P*psi? Itu juga cuma boleh sekali-kali aja. Dalam artian seminggu sekali, dan sebotol kecil dibagi dua sama adek gw.
  5. Minuman yang manis-manis di jual di pasaran kaya Ok*y Jelly, Nutris*ri, dan lainnya? No! Itu mengandung pemanis buatan (aspartam). Kalo minum itu sering-sering ntar bisa rentan kanker.
  6. Tidak boleh sering-sering minum air dingin. Menurut dia, air dingin itu ga sehat dan bikin lemak menggumpal di badan, dan bisa menjadi sumber penyakit.
  7. Masak di rumah sendiri ga pernah pake micin (vetsin). Jangan harap nemu R*yco atau Ajinom*to di rumah gw. 
  8. Pesen bakso di pinggir jalan atau pesen makanan di restoran? Pas pesen, dia bakalan bilang: 'Ga mau pake micin (vetsin) ya, Bang! Garemnya juga jangan banyak-banyak. Rasanya ga enak juga ga apa-apa, kok. Saya tetep makan.'
  9. Makan mie instant cuma boleh seminggu sekali. Lebih baik lagi kalo ditambah sayur-sayuran lain. Mama gw sendiri makan mie instant kayanya cuma sebulan sekali, itupun karena kepepet, daaannn... sebungkus masih dibagi dua sama papa gw.
  10. Makanan kalengan? Atau makanan beku kaya nugget, sosis, dan teman-temannya? Itu pengawetnya banyak, ga baik buat kesehatan. Sebulan sekali juga belum tentu.
  11. Kalo makan snack, seperti Cheet*s, T*ro, dan sejenisnya, walau cuma sebungkus kecil, tetep ga boleh diabisin sekaligus. Dimakan sedikit-sedikit, abis itu ditutup masukin kulkas buat besok atau besok-besok (alias waktu yang tidak bisa ditentukan).
  12. Abis makan snack, harus minum teh herbal yang hangat.
  13. Kalo makan daging, lemaknya jangan dimakan. Itu kolestrol jahat.
  14. Tidak boleh terlalu sering makan gorengan atau makan yang bakar-bakaran.
  15. Kalo makan yang sate, ayam bakar, atau makanan lain yang dibakar, bagian yang berwarna hitam karena gosong ga boleh dimakan. Itu bisa menyebabkan kanker dan 10x lebih jahat daripada minyak.
  16. Abis makan bakar-bakaran, harus makan timun. Timun sangat bagus buat detoksifikasi.
  17. Makan buah tiap hari.
  18. Kupaslah apel sebelum dimakan. Kulit apel mengandung lapisan lilin.
  19. Berbeda dengan apel, kalo makan anggur, kulit dan bijinya harus dimakan juga. Di situlah sumber vitaminnya.
  20. Jangan sering-sering makan 'jeroan', nanti asam urat.

Gaya Hidup


  1. Berolahraga minimal seminggu sekali.
  2. Tiap hari harus mandi. Badan harus bersih saat mau tidur. Adek gw yang paling males mandi sering banget diingetin: 'Kamu udah 27 jam 48 menit ga mandi, lho, alias udah 1 hari lebih. Kemarin kan, mandinya pagi doank, sekarang udah sore masih belum mandi juga.'
  3. Paling lambat jam 11 malam sudah harus tidur.
  4. Sikat gigi 2x sehari dan minimal 2 menit.
  5. Cuci tangan harus pake sabun dan minimal 20 detik.
  6. Rokok itu ga sehat. Cuma entah kenapa papa gw tetap bandel ngerokok terus sampe jantungnya tersumbat. Untunglah sekarang udah berhenti.

List di atas makin bertambah seiring berjalannya waktu, namun ga pernah berkurang.

Gw sendiri kurang tahu apa poin-poin dan angka-angka di atas berdasarkan hasil penelitian atau mama gw yang asal nyebut. Jadi tolong jangan sembarangan copy poin-poin di atas buat skripsi. Hehehe...


Gw jadi inget dulu gw sering bandel sembunyi-sembunyi ngabisin snack satu bungkus sendirian, masak mie instant 2 kali dalam seminggu, nyeruput kopi papa gw (kadang nyeruputnya sampe abis secangkir), tidur jam 12 malem karena keasyikkan baca novel, dan masih terlalu banyak kalo disebutkan satu-satu. Ah, anak kecil mana sih, yang ga bandel *membela diri*.

Tapi entah kenapa, sekarang gw justru mempunyai pola pikir yang mirip sama nyokap gw, walau gw ga se-health freak mama gw.
  • Gw jarang makan mie instant. Sebulan sekali juga belum tentu.
  • Gw jarang minum minuman dingin atau minuman bersoda, mungkin karena tidak begitu suka juga. Kopi pun, gw ga minum.
  • Gw masak tanpa vetsin.
  • Gw sering minum teh herbal, apalagi kalo makanan yang gw makan cenderung bikin 'panas'.
  • Soal cuci tangan, sikat gigi sih, sepertinya gw memang dari dulu rajin. Cuma mandi aja yang males, seringnya sih mandi cuma sehari sekali. Oops!
  • Anti rokok, shisha, atau sejenisnya. Anti sama perokok juga.
  • dan lainnya.

Ah ternyata, gw ga beda jauh sama mama gw. Like mother, like daughter!

Walaupun begitu, satu yang gw tahu, mama gw sayang banget sama keluarganya. Dia ingin memastikan keluarganya senantiasa sehat. Buktinya, dia sendiri sampe sekarang tetap sehat walafiat, dan mudah-mudahan selalu sehat sampai akhir hayatnya.

Akhir kata, gw cuma mau ngucapin:

SELAMAT ULANG TAHUN MAMA / EMAK!!
Semoga panjang umur dan selalu sehat.
Buddha bless you!
- WE LOVE YOU -

Thursday, December 10, 2015

Teknologi dan Kesehatan

Tiba-tiba, gw teringat pernah berdiskusi dengan seorang temen yang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Topiknya cukup menarik, makanya gw berniat share di sini.

Sebelum masuk ke topik diskusi, gw mau menceritakan sekilas tentang teman gw: dia cowok, tinggi, pake kacamata, jalannya cepet banget (jalannya mungkin lebih cepet dari larinya Usain Bolt), jomblo, dan sering galau. Untungnya dia childish jenius, bersama timnya pernah meraih medali emas di kompetisi Genetically Engineered Machine (iGEM) 2014 yang diselenggarakan di Boston, Amerika. Dia juga satu-satunya temen gw yang ke Kuala Lumpur mengunjungi Biomedical Museum. Sedangkan gw yang 8 tahun di Kuala Lumpur aja, ga tau ada Biomedical Museum eksis di sini. Jadi bisa dibilang, dia cukup expert dalam topik diskusi ini.

Ok, kembali lagi ke topik. Topik yang cukup intense ini dimulai dari pertanyaan gw:
Vaksin itu kan virus yang dilemahkan. Memangnya gimana caranya memperlemah virus? Dipanasin? Didinginin? Ga dikasih makan? Disetrap di pojokan sambil angkat satu kaki? Diputusin pacar? Atau digebukin sampe pingsan? 
Ternyata jawabannya tidak terduga. Vaksin itu tidak selalu virus yang dilemahkan. Vaksin bisa berupa virus yang tidak aktif, atau bahkan hanya terdiri dari sebagian kecil komponen dari virus, seperti 'cangkang'nya, proteinnya, atau cuma DNA nya saja. Yang terpenting, vaksin tersebut bisa merangsang pembentukan imunitas tubuh, tanpa membahayakan tubuh.

Namun seringnya, biar gampang dan cepat, guru-guru dan para dosen selalu bilang: "Vaksin itu virus yang dilemahkan." Titik. End of story.

Apakah aku makhluk hidup? (Starr Biolog Teks)
Gara-gara topik vaksin dan virus, kita malah ngomongin pertanyaan yang masih menjadi misteri: 'Apakah virus merupakan makhluk hidup?' Pertanyaan yang sampe sekarang masih diperdebatkan dan jawabannya juga masih menjadi kontroversi.

Di satu sisi virus tidak dianggap sebagai makhluk hidup karena virus hanya tersusun dari DNA atau RNA yang dikelilingi oleh lapisan protein. Virus tidak terbuat dari sel, di mana sel adalah unit dasar dari organisme hidup. Virus juga tidak dapat bereproduksi tanpa sel inang, dan virus dapat dikristalkan. Hal-hal tersebut bertentangan dengan ciri-ciri makhluk hidup.

Namun dari pandangan lain, virus digolongkan sebagai makhluk hidup karena DNA dan RNA dianggap sebagai materi genetik. Virus juga memenuhi ciri-ciri makhluk hidup lainnya seperti mampu beradaptasi, tumbuh, bereproduksi, bahkan berevolusi walaupun hanya dalam sel inang.

Dari virus dan makhluk hidup, kita beralih ke topik Artificial Intelligence (AI), di mana proses pembelajaran otak manusia yang sampai sekarang sudah berjalan puluhan tahun, namun belum juga ditemukan titik terangnya. Kita sepakat kalo ketika manusia sudah sepenuhnya berhasil mempelajari otak manusia dan menciptakan otak buatan, it's the end of the road (atau mungkin justru the new beginning of every science?)

Dia cerita kalo sekarang para biologis sedang berada dalam track to print a human, dengan XNA alias DNA sintetis. Mereka bahkan melakukan penelitian membuat makhluk hidup dari minyak, air, dan komponen sel. And... it worked!! Berita yang mencengangkan karena sekarang manusia sudah bisa play God.

Dari situ, muncullah pertanyaan misteri lainnya. Kalo manusia sudah seperti Tuhan yang bisa menciptakan makhluk hidup lain, apa makhluk hidup tersebut memiliki soul? Jika tidak, apakah dia disebut makhluk hidup jika tidak memiliki soul? Bahkan pertanyaan paling dasar pun masih misteri: Apa itu soul? 

Ngomongin soul pasti ga jauh-jauh dari konsep dualism dalam filosofi, di mana body dan soul (mind) adalah 2 hal berbeda dan memiliki fungsi berbeda juga. Jaman dulu, ada yang berpendapat soul-lah yang menggerakan body. Pendapat ini didasari dengan fenomena berikut:
Orang yang sudah meninggal tubuhnya dingin dan tidak lagi bisa bergerak. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya soul yang menghangatkan dan membuatnya bisa bergerak.
Pendapat tersebut disanggah Rene Descartes, seorang filsuf dan ahli matematika, yang dalam tulisannya 'The Passions of the Soul" mengatakan:
The heat and movement of our body-parts come from the body; thoughts come from the soul. The soul leaves our body when we die only because this heat ceases and the organs that move the body decay.
Apapun itu, sampai sekarang apa itu soul dan keberadaannya masih tidak bisa dibuktikan sepenuhnya oleh science.

Topik pun gw tutup dengan pertanyaan yang sekaligus menjadi sindiran bagi ilmuwan-ilmuwan yang berkutat di dunia kesehatan. Dengan bantuan teknologi yang semakin canggih, riset dan perkembangan dalam bidang kesehatan pun semakin pesat.
Teknologi dan Kesehatan (Scienceroll, 2014)
  • Teknnologi imaging dan monitoring sekarang mempunyai ultrasound scancomputerized tomography (CT) scanMagnetic resonance imaging (MRI), digestible sensors, dan lainnya. 
  • Teknik pembedahan mulai beralih dari bedah konvensional ke bedah laparoskopi dan bedah laser.
  • 3D printed biological material and artificial limb sangat berperan penting dalam proses penelitian dan rekayasa genetika. Bahkan sudah berhasil diimplementasikan pada tikus untuk 'menambal' jantung yang rusak.
  • Orang yang lahir cacat atau orang yang kehilangan tangan / kakinya, bisa kembali berjalan dan beraktivitas dengan bantuan exosceleton.

Tapi JARUM SUNTIK dan INFUS yang sangat-sangat umum digunakan, kenapa ga banyak berubah sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1844? Apa ga ada cara lain yang physically dan psychologically less painful atau mungkin no pain at all?

Memang sih, gw pernah denger adanya painless vaccination yang modelnya kaya plester dan cuma ditempelin ke kulit doank. Namun, cara ini masih jauh dari efektif dibanding metode vaksinasi konvensional.
Painless vaccine (gizmag, 2013)
Tapi tapi tapi... tetep aja ini udah 170 tahun lebih semenjak pertama kali diciptakannya jarum suntik. Masa masih gitu-gitu aja sampe sekarang? Hei para peneliti kesehatan, kalian ga kasihan apa sama gw anak ini?
Mommy, please help me! (Activist Post, 2015)
Thursday, November 5, 2015

Miskonsepsi Tentang Alergi

Mungkin sebagian dari pembaca udah tau kalo gw menderita asma. Walaupun asma dan alergi merupakan 2 kondisi yang berbeda, namun ternyata mereka hidup berdampingan dengan sangat rukun. Diperkirakan 60-80% penderita asma, juga memiliki alergi tertentu. Sayangnya, gw termasuk dalam 60-80% nya itu :'(

Dalam postingan kali ini, gw akan membahas miskonsepsi tentang alergi. Semoga bermanfaat!
Alergi
Alergi merupakan bentuk reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak. Ini bisa berupa substansi yang masuk atau bersentuhan dengan tubuh (Alodokter, 2015).

Miskonsepsi 1: Tes Darah Adalah Cara Paling Efektif Untuk Mengetahui Alergi Makanan
Justru menurut penelitian, 50-60% tes darah memberikan hasil yang tidak akurat! Angka yang cukup mengejutkan.

Cara terbaik untuk mengetahui makanan pencetus alergi adalah mencobanya satu-satu. Dimulai dari dosis kecil kemudian ditambah sedikit demi sedikit. Jika tidak terjadi reaksi apa-apa setelah mengkonsumsi makanan tersebut, itu artinya Anda tidak alergi terhadap makanan tersebut.


Miskonsepsi 2: Alergi Makanan Tidaklah Umum
Alergi makanan bukanlah hal yang aneh, bahkan, sekarang bisa dibilang hal yang umum. Keponakan gw sendiri, yang umurnya belum genap 2 tahun, alergi terhadap telur dan makanan laut. Setiap kali makan telur atau seafood, pasti bakalan muntah-muntah.

Di Amerika, 1 dari 12 batita mengidap alergi makanan, serta sekitar 150 batita meninggal dunia setiap tahun karenanya. Di seluruh dunia, kasus alergi makanan pada anak meningkat sampai 2 kali lipat selama 10 tahun belakangan ini. “Meningkatnya kasus alergi terhadap makanan adalah bagian dari melonjaknya kasus alergi secara umum di seluruh dunia,” seperti yang dikutip dari buku 'Understanding and Managing Your Child’s Food Allergies' karangan Scott Sicherer, M.D.

Sembilan puluh persen dari kasus alergi makanan, disebabkan oleh makanan berikut: susu, telur, kedelai, kacang tanah, kacang pohon (almond, mete, pistasi), gandum, ikan, dan makanan laut.
Makanan Pemicu Alergi (Our Better Health, 2015)

Miskonsepsi 3: Anak Bayi Di Bawah 1 Tahun Tidak Boleh Diberi Makanan Yang Memicu Alergi
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh American Academy of Asthma, Allergy and Immunology (AAAAI) tahun 2013 membuktikan bahwa anak yang diberi makan makanan yang biasa menjadi pemicu alergi, seperti yang disebutkan sebelumnya, justru beresiko lebih rendah mengalami alergi makanan atau alergi lainnya.

Di saat bayi berumur 6 bulan, pencernaannya sudah siap menerima makanan selain ASI. Namun sebaiknya, orang tua berkonsultasi dahulu sebelum memberikan makanan tersebut, apalagi jika sebelumnya ditemukan indikasi alergi baik terhadap bayi ataupun kakak sang bayi.


Miskonsepsi 4: Makan Sedikit Aja Tentu Tidak Apa-Apa
"Oh, kamu alergi ikan? Ah, ga apa-apa, cobain dikiiiittt aja!"
"Gimana tubuh bisa kebal sama telur kalo ga pernah coba makan lagi?"

Pemikiran ini sesungguhnya salah. Bagi orang yang sangat sensitif dan memiliki alergi pada makanan tertentu, walaupun cuma satu gigitan, bisa berakibat fatal, apalagi kalo tidak segera diobati.


Miskonsepsi 5: Reaksi Alergi Disebabkan Oleh Alergen
Reaksi alergi (CYH, 2013)
Eiits, kalo kulit menjadi merah dan gatal, bersin-bersin tidak berhenti, atau perut mual, jangan menyalahkan cuaca yang dingin, atau selai kacang yang baru saja kita makan. Mereka sebenernya tidak menyerang, tidak berbahaya, dan tidak bersalah. Karena yang menyebabkan semua itu sesungguhnya antibodi tubuh kita sendiri.

Entah harus bangga atau ga, konon katanya penderita alergi itu mempunyai sistem kekebalan tubuh yang overprotektif. Mereka seringkali mengira bahwa telur, selai kacang, cuaca yang dingin, atau penyebab alergen lainnya adalah zat yang berbahaya untuk tubuh. Maka dari itu, sistem kekebalan tubuh menggunakan antibodi untuk 'menyerang' dan mengakibatkan reaksi alergi.


Miskonsepsi 6: Alergi Bisa Disembuhkan
Sayangnya, walaupun dunia kedokteran dan teknologi sudah canggih, kita masih belum menemukan obat untuk menyembuhkan alergi. Obat antihistamin, yang sering dikonsumsi penderita alergi, bukan untuk menyembuhkan alergi, melainkan untuk mengurangi reaksi alergi.


Miskonsepsi 7: Alergi Tidak Berbahaya
Reaksi alergi bisa membahayakan (CYH, 2013)
Walaupun jarang terjadi, alergi memang bisa berbahaya. Reaksi alergi beraneka ragam. Ada yang hanya bersin-bersin atau gatal-gatal. Namun ada juga yang wajahnya membengkak, muntah-muntah atau sesak napas; dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera diberi pertolongan.


Miskonsepsi 8: Alergi Cuma Sugesti Pikiran
Memang sugesti pikiran juga bisa menimbulkan alergi. Seseorang yang alergi bunga mawar, bisa tetap mengalami reaksi alergi walau diberi bunga mawar plastik.

Akan tetapi, seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, alergi bisa sangat berbahaya dan mematikan. Beberapa kasus diberitakan seseorang meninggal setelah mengkonsumsi kacang. Wajahnya bengkak dan sesak napas. Padahal dia tidak tahu kalo dia punya alergi terhadap kacang.

Kesimpulannya, alergi bukan hanya karena sugesti pikiran.
Saturday, June 27, 2015

Pengalaman Kedua Membersihkan Karang Gigi

Minggu lalu, gw akhirnya memutuskan ke dokter gigi lagi untuk membersihkan karang gigi, setelah berulang kali diyakinkan kalo dokter giginya ramah dan baik hati. Pembersihan karang gigi kali ini merupakan pembersihan yang kedua, setelah empat tahun lamanya absen ke dokter gigi. Hihihi...

Prosesnya menurut gw sama-sama mengerikan dan bikin linu. Dibanding pembersihan karang gigi yang pertama, pembersihan karang gigi kali ini memakan waktu 12 menit lebih lama, karena prosedurnya lebih lengkap.

Proses pembersihan karang gigi gw yang pertama

  1. Duduk di kursi pasien.
  2. Dokter memeriksa gigi dan mulai membersihkan karangnya.
  3. Sesekali disuruh berkumur.
  4. Proses pembersihan selesai.

Lokasi: Dokter gigi Cirebon, Indonesia (Juli 2011).
Lama pembersihan: 15 menit.
Biaya: 75 ribu rupiah.

Proses pembersihan karang gigi gw yang kedua

  1. Duduk di kursi pasien.
  2. Asisten dokter memberikan cermin. Gw pun memegang cermin sementara si dokter memperlihatkan karang gigi gw sambil menjelaskan apa itu karang gigi.
  3. Konfirmasi biaya.
  4. Dokter mulai membersihkan karang gigi.
  5. Sesekali disuruh berkumur.
  6. Setelah proses pembersihan selesai, asisten dokter memberikan cermin ke gw lagi. Dokter menunjukan perbedaan sebelum dan sesudah gigi gw dibersihkan.
  7. Masih memegang cermin dan melihat gusi yang masih berdarah-darah, dokter menyikat gigi gw satu per satu, sambil mengajarkan bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar.
  8. Selesai sikat gigi, dengan kondisi gusi yang masih berdarah-darah, dokter mem-flos gigi gw bagian bawah, sambil mengajarkan bagaimana cara menggunakan dental floss yang baik dan benar.
  9. Proses pembersihan selesai.

Lokasi: Klinik Pergigian Puchong, Malaysia (Juni 2015).
Lama pembersihan: 27 menit.
Biaya: RM 100 (sekitar 350 ribu rupiah).


Saran gw sih, sebelum membersihkan karang gigi, lebih baik makan dulu. Karena setelah pembersihan karang gigi, gusi gw mengalami sedikit pendarahan kecil dan inflamasi atau peradangan, khususnya di gigi bagian depan bawah, bagian yang karang giginya paling banyak. Gigi gw jadi berasa aneh, renggang, dan ga nyaman saat makan. Karena masih radang, hari pertama gw mencoba untuk tidak makan makanan yang keras, panas atau pedas.

Kata dokternya sih, ga perlu khawatir sama pendarahan dan peradangan gusinya. Pendarahan akan berhenti dalam waktu 5-10 menit setelah proses pembersihan selesai. Sedangkan untuk peradangan gusinya,  butuh waktu 1-2 hari. Tetap sikat gigi seperti biasa 2x sehari, dan mem-flos gigi setiap malam.

Besoknya, gusi gw sudah membaik dan bisa makan seperti biasa tanpa ada rasa sakit ataupun tidak nyaman. Yang terpenting: gigi gw sehat dan bersih tanpa karang!
Sunday, June 21, 2015

Tentang Abses, Suntik Tetanus, dan Gantung Kaki

Post kali ini mengandung gambar yang sedikit mengerikan. Sebaiknya tidak dibaca saat sedang makan, minum, menonton film horror, belajar menjelang ujian, ataupun sedang tidur pulas.


Pas gw kuliah, gw pernah kena suatu penyakit yang menurut gw aneh, 'abses' namanya. Kata dokter sih, penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, biasanya melalui luka yang terbuka, dan menyebabkan infeksi.

Gejala awalnya ada bintik merah di kulit. Jika disentuh, kulit terasa sedikit keras dan sedikit sakit. Sebagai orang yang cuek, awalnya ya, gw cuekin. Gw pikir, 'Ah mungkin digigit binatang apa gitu, ntar juga sembuh sendiri.' Gw pun berangkat kuliah seperti biasa.

Beberapa jam kemudian, gw mulai ngerasa ga enak badan. Rasanya gw demam, badan gw agak lemas dan sakit semua kaya masuk angin gitu. Lagi-lagi gw mikir, 'Ah, masuk angin doank. Mungkin kecapekan. Minum vitamin C terus istirahat aja. Besok juga biasanya sembuh'. Gw pun bolos kuliah sore untuk istirahat.

Keesokan harinya, gw tetap belum sembuh juga. Padahal biasanya kalo masuk angin doank, gw pasti udah ngerasa mendingan setelah minum vitamin C dan istirahat. Gw ngecek bintik merah di kaki gw. Masih terasa sakit jika disentuh. Dengan sotoynya, gw olesin betadin dan minyak tawon, yang katanya obat dari segala jenis luka. Hahaha. Untungnya, kuliah gw ga terganggu karena sakit karena hari ini sampai minggu depan libur semester break.

Dua hari kemudian tetap ga sembuh. Bukannya hilang, bintik merah itu malah membesar dan makin sakit, bahkan bisa dibilang sedikit membengkak. Gw mulai kesakitan saat berjalan. Badan gw juga tetap sakit semua, tidak ada tanda-tanda membaik. Gw nyerah, memutuskan ke dokter.

Dengan berjalan terseok-seok sambil dituntun temen gw, gw pun sampai di dokter. Baru diliat sebentar, si dokter langsung konfirmasi kalo itu adalah abses.
Kondisi sebelum ke dokter. Bintik merah sudah membesar dan sedikit bengkak. Yang berwarna tua di tengah itu adalah luka yang masih sedikit terbuka, yang kemungkinan besar tempat bakteri masuk.

'Untung kamu datengnya cepat. Kalo kamu datengnya telat beberapa hari lagi kemungkinan harus dioperasi untuk sembuh.'

'Segitu parahnya kah, Dok?'

'Sekarang belum begitu parah, jadi masih bisa diobati tanpa operasi. Saya kasih obat minum sama salep dulu. Kita liat perkembangannya.'

'Okay'

'Oh ya, saya juga harus memberikan suntikan. Tapi suntikannya bakalan sakit karena ini bukan water-based, melainkan oil-based. Jadi bagaimana, mau tidak?'

(Gw speechless. Dokter ini ga tau apa kalo banyak orang takut jarum. Belum juga nyuntik udah nakut-nakutin pasiennya). 'Emang itu suntik apaan, Dok? Penting banget, ya?' Gw coba nawar. Kalo ga penting, ya gw ga mau lah.

'Penting! Saya sarankan suntik saja. Memang ini bukan antibiotik tapi untuk berjaga-jaga supaya tidak makin parah. Cuma ya, itu tadi, karena oil-based, jadi pasti akan lebih menyakitkan. Makanya itu saya kasih tau dulu.'

(ARGH, GA USAH DIULANGIN LAGI JUGA, DOK. Gimana pasiennya mau disuntik kalo ditakut-takutin melulu. Memang sih, maksudnya baik, memberi tahu di awal. Tapi kan, kalo pasiennya kaya gw, dia pasti udah takut duluan dan milih ga mau suntik).

Setelah berpikir 1000x dan mengerahkan seluruh keberanian gw, gw pun memutuskan untuk mau disuntik suntikan yang katanya menyakitkan itu.

'Ntar 3 hari lagi dateng check-up, ya. Biar kita bisa liat perkembangannya,' kata si dokter abis nyuntik gw. Gw manggut-manggut nurut aja.

Setelah suntik, gw sih ngerasa biasa-biasa aja, ga sakit-sakit amat. Gw malah sempat mampir makan malem di restoran terdekat dan langsung minum obat. Dalam hati gw sempat mikir, 'Masa kaya gini aja, dokter bilang sakit, sih? Si dokter itu lebih cupu dari gw berarti, ya? (sambil tertawa kemenangan)'

Daaannn... beberapa jam kemudian, gw kebangun dari tidur karena gw ngerasa bekas suntikannya linu bangeettt, kaya ditusuk-tusuk gitu. Argh, gw ga bisa tidur lagi. Padahal obat gw jelas-jelas bikin ngantuk. Kalah deh, efek obat sama linunya. Kasian banget sih gw, udah kaki sakit, demam, badan pegel linu, ditambah bekas suntikan yang linu menusuk gini.

Ga bisa tidur, gw pun research tentang abses. Dari situ gw tau kalo dokter tadi ngasih gw suntikan Tetanus Toksoid (TT), yang umum diberikan pada pasien abses. Orang-orang pun pada bilang kalo suntikan TT ini memang menyakitkan, bahkan ada tadinya sehat malah jadi pusing dan demam.

Berdasar research juga gw tau kalo gejala abses adalah sebagai berikut:
  • Demam.
  • Badan pegel linu dan lemas.
  • Bintik merah pada kulit yang kalo dipegang terasa sedikit keras dan sakit.

Balik lagi ke cerita kaki gw yang kena abses, setelah gw olesin salep dan minum obat secara rutin 4 x sehari, warna merahnya memang tetap semakin besar, semakin gelap, dan kaki gw keliatan makin bengkak. Tapi sakitnya sudah mulai berkurang dan gw tetap harus jalan perlahan-lahan.

Berikut foto-fotonya. Maaf kalo kurang jelas, jaman dulu gw masih foto pake HP yang kameranya pas-pas an.
Dua hari setelah mengkonsumsi obat dokter. Warna merahnya lebih tua dan membengkak
Empat hari kemudian, kaki masih bengkak, bahkan sampe telapak kaki pun ikut bengkak
Empat hari kemudian. Gw baru sadar kalo salep dokter bikin kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
Enam hari kemudian, penampakan kaki bagian atas. Kaki bagian samping sudah jauh membaik
Beberapa hari pertama, kaki gw memang sakit sekali. Jangankan berjalan, menggerakan kaki saat gw lagi tidur aja sakit. Karena badan pegel linu dan kaki sakit, gw sampe minta tolong temen gw buat taro kursi di kamar mandi, jadi gw bisa mandi sambil duduk.

Sepuluh hari berikutnya setelah mengkonsumsi obat dokter, sakitnya memang masih terasa, tapi terus berkurang seiring bergantinya hari. Setidaknya setelah 10 hari, gw bisa berjalan sedikit lebih cepat walau masih terseok-seok.

Gw pun check up lagi yang ketiga kalinya di klinik yang sama, tapi dokter yang sedang praktek berbeda. Kali ini dokternya cowok Chinese, usianya mungkin 35an, dan bertampang jutek.

'Dok, kaki saya kok udah seminggu masih bengkak, ya? Apa karena keseringan jalan? Temen saya bilang katanya ga boleh terlalu banyak jalan dan kakinya harus digantung buat ngurangin pembengkakan,' gw nanya baik-baik.

Eeehhhh.. tau ga si Dokter jawab apa?
'Suruh temen kamu gantung kakinya sendiri aja!'

Gw akhirnya memilih diem aja sambil nungguin dia nulis-nulis resep. Anehnya, gw ga bete. Gw malah pengen ketawa gara-gara ngebayangin si A lagi tiduran sambil gantung kakinya. Setelah keluar dari klinik, gw bilang ke temen yang nganterin gw, 'Ntar jangan lupa bilangin si A buat ngegantung kakinya, ya'. Kita pun ngakak.

Gara-gara kejadian ini, gw dan temen gw memutuskan untuk ga dateng ke klinik itu lagi. Untuk selamanya. Heran, kok ada dokter jutek dan galak begitu. Kalo lagi bete, jangan dilampiasin ke pasien, donk.

Akhirnya, setelah kurang lebih 2 minggu, bengkak dan sakitnya hilang sepenuhnya.

Untuk bekas lukanya, perlu waktu sedikit lebih lama. Untungnya, salep yang diberi dokter bikin kulit kering dan pecah-pecah, memaksa tubuh untuk mengganti kulit dengan lapisan kulit baru. Saking cueknya, gw kurang ingat kapan warna kaki gw balik normal lagi. Mungkin sekitar 1 bulanan.

Note: Kalo ada pembaca yang mengalami gejala di atas, segera ke dokter untuk ditangani. Kalo tidak, infeksinya bisa makin membesar dan membahayakan.
Wednesday, May 27, 2015

Aneka Tips: Pengalaman Mencabut Gigi Berlubang

Kalo gigi berlubang, mendingan buru-buru ke dokter gigi buat ditambal, deh. Karena jika dibiarkan kelamaan, lubangnya bakal makin besar. Terus jadi bengkak, sakit, nyut-nyut an, dan akhirnya gigi tersebut pecah.

Setelah itu, biasanya kita cuma punya 2 pilihan:
  1. Sakitnya lama kelamaan hilang dan gigi tersebut warnanya menjadi lebih tua dari gigi lainnya.
  2. Sakitnya tidak juga hilang sampai akhirnya menyerah dan pergi ke dokter gigi.
Kemungkinan mana pun, ujung-ujungnya harus ke dokter gigi untuk ditangani, karena walaupun sakitnya hilang, gigi tersebut disebut gigi mati, alias gigi yang sarafnya udah rusak, dan sewaktu-waktu bisa saja terjadi infeksi. Walau masih ada kemungkinan untuk mempertahankan gigi asli, tapi tentu saja prosesnya lebih panjang dan biayanya pun lebih mahal.


Di postingan kali ini gw akan bercerita pengalaman seseorang yang cukup dekat dengan gw, sebut saja namanya Mr Hamburger. Serius, gw ga tau kenapa dia pilih nama samaran aneh begini. Padahal hamburger kan ga ada giginya! Ya sudahlah, kita simak saja pengalamannya.

Jadi ceritanya Mr Hamburger ini giginya udah bolong selama hampir 2 tahun dan akhirnya pecah. Berhubung sakitnya tidak tertahan, dia akhirnya menyerah dan ke dokter gigi. Setelah memeriksa kondisi gigi Mr Hamburger, si dokter bilang kondisi giginya udah ga bisa diselamatkan. Satu-satunya jalan harus dicabut dan pasang gigi palsu. Dan untungnya, dilihat dari kondisinya, gigi Mr Hamburger bisa dicabut saat itu juga. Mr Hamburger pun pasrah dan meng-iya-kan. Biayanya tergantung tingkat kesulitan. Normalnya sekitar RM80 (sekitar 280rb rupiah).

Selama proses pencabutan gigi, tentu saja Mr Hamburger diberi anastesi lokal biar dia ga kesakitan. Tapi tetep aja serem, dia masih bisa mendengar suara mesin-mesin mengerikan di dalam mulutnya. Mungkin kalo gw di posisi dia, gw bakal bawa earphone dan dengerin lagu keras-keras, atau minta bius total biar ga trauma ke dokter gigi lagi. Hehehe...

Di sela-sela proses pencabutan gigi, si dokter sempat nyeletuk kalo pasien sebelumnya tingkat kesulitannya sangat tinggi, sampe-sampe memakan waktu 2 jam. OMG! Akhirnya, setelah berjuang kurang lebih 30 menit, si dokter pun berhasil mencabut gigi Mr Hamburger. Berhubung prosesnya cukup sulit, biayanya pun agak mahal: RM200 (750rb rupiah). Biaya tersebut udah termasuk obat anti sakit (pain killer) doank. Antibiotik hanya akan diberikan kalo ada infeksi setelah pencabutan gigi. 

Berikut hal yang perlu diperhatikan setelah mencabut gigi:
  • Saat baru saja dicabut, dokter gigi bakal ngasih kassa buat digigit. Gantilah kasa tersebut setiap 20 menit.
  • Sampai kapan harus gigit kasa? Entahlah, yang jelas Mr Hamburger bilang setelah anastesi hilang, dia udah ga mau menggigit kassa lagi.
  • Darah masih mengalir bahkan sampai 24 jam pertama. Ini normal, asal darahnya ga terlalu deras. Untuk mempercepat pembekuan darah, disarankan mengkompres pipi dengan es atau minum air es. Biarkan air es berada di mulut sekitar 2-3 menit. Setelah itu, terserah mau ditelan atau dibuang. Kalo mau dibuang, jangan berkumur, dan jangan memberikan tekanan apa-apa, pada mulut, biarkan air mengalir keluar begitu saja dari mulut.
  • Mr Hamburger cuma minum pain killer di hari pertama doank. Setelah itu dia bilang udah ga sakit lagi, kecuali kalo buka mulut lebar-lebar.
  • Tiga sampai empat hari pertama gusi bakalan bengkak dan air ludah bewarna kemerahan karena masih sedikit bercampur dengan darah. Jangan khawatir, ini juga normal.
  • Sampai gusi menutup sempurna, sebaiknya jangan berkumur terlalu kuat dan jangan sering meludah.
  • Saat menyikat gigi, bersihkan juga gusi dari gigi yang baru saja dicabut dengan menyikatnya secara lembut.
  • Jangan mengkonsumsi makanan / minuman yang panas, pedas, atau keras. Untuk 3 hari pertama, pilihlah makanan yang lunaaak sekali seperti pisang, puding, yogurt, es krim, sereal seperti Choco Cr*nch dengan susu dingin (ditunggu sampai Choco Cr*nch sedikit lembek baru dimakan), dan makanan lunak lainnya. Selanjutnya, bisa makan nasi seperti biasa, namun tetap tidak boleh mengkonsumsi makanan / minuman yang panas, pedas, atau terlalu keras.
  • Segera hubungi dokter bila nyeri berkepanjangan atau terjadi infeksi.

Hal-hal di atas tersebut hanya berdasarkan pengalaman Mr Hamburger dan saran dari dokter gigi. Untuk lebih jelasnya, lebih baik bertanya pada dokter gigi dulu sebelum memutuskann untuk mencabut gigi.

Setelah baca postingan gw, adakah yang masih males sikat gigi?
Sunday, April 12, 2015

Tiada Hari Tanpa Tawa: Pengalaman Medical Check-Up

Ilustrasi dokter
Gw punya banyak pengalaman lucu tapi menakutkan saat mengunjungi dokter. Semua ini disebabkan karena gw takut sama alat-alat medis. Ga usah ngomongin gunting atau pisau bedah, deh. Jarum aja, gw takut. Sebenernya, gw akuin, tes darah atau suntik itu ga sakit-sakit banget. Bahkan jatuh dari sepeda yang udah pernah gw alami berpuluh-puluh kali saat gw masih kecil, jauh lebih sakit. Tapi entah kenapa, gw tetep takut. Dan karena gw takut, hal-hal yang mungkin ga begitu sakit, terasa 100x lebih menyakitkan.

Balik ke topik. Duluuuu, untuk memperpanjang visa kerja, tiap tahun gw diwajibkan untuk melakukan medical check-up. Selama ini, gw pernah menjalani proses medical check-up sebanyak 3 kali: dua kali di klinik biasa di Kuala Lumpur dan sekali di rumah sakit umum di Jakarta.

Kalo check-up di klinik, urutan tesnya biasanya sebagai berikut: tes urin, ngecek tekanan darah, tes darah, dan X-ray. Anehnya, tiap mereka ngecek tekanan darah gw, gw selalu ditanyain:
"Apakah adik stress?"
"Semalam kurang tidur, kah?"
"Apa adik sedang gelisah atau under-pressure?"
"Tensinya, kok, tinggi sekali, ya? Biasanya memang beginikah?"
Yang akhirnya semua pertanyaan itu gw jawab dengan terus terang, "Iya, emang lagi takut," sambil menunjuk jarum untuk tes darah yang letaknya masih dalam ruangan yang sama.

Dikasih tau begitu, eeehhh, si perawat malah ketawa. Gw malah disuruh tutup mata, rileks, tarik napas, buang napas, tarik napas, buang napas, gitu terus beberapa kali. Dua kali gw check-up, dua kali juga gw harus ngelakuin kaya gini.

Tangan Gw Dipukulin!

Check-up pertama, gw ngerasa dokternya agak-agak aneh. Setelah cek tekanan darah selesai, gw dioper ke dokter buat ambil darah. Si dokter mukanya jutek, ga ada senyum-senyumnya. Entah karena dia kesulitan nemuin pembuluh darah gw atau memang mood dia lagi ga bagus, dia malah mukulin siku gw bagian dalam berkali-kali. Sampe MERAH! Ga sakit sih, tapi tetep aja MERAH. Gw ga berani komplen karena dia megang jarum sambil pasang tampang jutek. Setelah itu, tangan gw linu seharian.

Gw Ditusuk Berkali-Kali!

Check-up kedua, dokternya baik hati dan sabar. Tapi mungkin kurang berpengalaman dalam soal ambil-mengambil darah. Atau mungkin pasiennya aja kali ini yang nadinya ga keliatan gara-gara saking takutnya.

Gara-gara dia ga nemu pembuluh darah gw di lengan bagian dalam, dia mencoba mengambil darah dari punggung tangan, yang menurut dia pembuluh darahnya lebih keliatan.

Dicoba satu kali, ga ada darah yang keluar. Gw bilang, di situ kayanya ga bakalan bisa. Dari dulu, dokter selalu ngambil darah dari lengan bagian dalam. Gw berharap dia dengerin gw. Eeehh, dia tetap mau coba sekali lagi.

Kedua kali, tetep ga ada darah keluar. Gw udah berasa mau teriak-teriak dan nangis ngeliat ada 2 bolongan di punggung tangan gw, dan dia masih berencana mencoba sekali lagi.

Untungnya niat mencoba yang ketiga dia urungkan. Mungkin karena kasian ngeliat muka gw yang udah mau nangis.

"Adek makan dulu aja, biar lebih relaks," rupanya dia menyerah. Gw menggeleng, gw bilang kalo tes darah abis makan, takutnya hasilnya kurang cocok. Soalnya gw dulu pernah 1-2 jam abis makan langsung tes darah, hasilnya: kolestrol tinggi. Besok-besoknya pas tes lagi, ternyata normal.

Akhirnya si dokter tadi coba lagi ngambil dari siku, walau dia ga begitu yakin letak pembuluh darahnya. Untungnya, percobaan ketiga berhasil!! Gw menarik napas lega.

Anehnya, walau ditusuk berkali-kali, tangan gw ga linu kaya check-up yang sebelumnya.

Oh, EKG Gitu Doank?

Check-up ketiga gw lakukan di rumah sakit umum di Jakarta, sehingga prosedurnya lebih komplit dan harganya pun lebih mahal, sekitar Rp 600 ribu. Gw ga begitu inget urutannya, tapi gw inget tes darah itu dilakukan paling awal, setelah itu baru tes mata, tes kesehatan secara general, X-ray, EKG, dan tes kesehatan mulut dan gigi.

Kejadian lucu bermula saat gw berada di ruangan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Gw disuruh buka baju beserta pakaian dalam, dan tidur di atas kasur yang udah disediakan. Awalnya gw bingung, kenapa gw harus buka baju segala? Gw tengok kiri kanan, dokter dan perawatnya cewek semua. Tapi tetep aja gw malu dan risih.

Gw pun nurut. Buka baju dan berbaring di kasur. Di samping kasur, ada sebuah mesin dengan banyak kabel. Beberapa kabel ada penjapitnya dan beberapa kabel lain ada bantalannya. Si perawat pun mengambil kabel yang ada penjapitnya, dan dijapitkan ke kedua pergelangan kaki dan pergelangan tangan gw. Terus dia ngambil beberapa kabel lain yang ada bantalannya, dan dipasang di sekitar dada gw, dekat payudara, yang sebelumnya sudah dikasih gel. Kira-kira seperti ini penampakannya:
Prosedur EKG (Aviva, 2015)
Sejujurnya, gw ga ngerti gw bakal diapain. Apakah prosedurnya bakal menyakitkan? Dalam bayangan gw, mungkin saat proses pemeriksaan dimulai, semua kabel ini bakalan ngalirin listrik! Gw deg-deg an dan pasrah. Gw liat si perawat lagi sibuk mencet-mencet tombol di mesin EKG, beberapa kali gw denger dia narik kertas dan menyobeknya. Hal tersebut berlangsung cukup lama, kurang lebih 5-10 menit.

Gw mulai mikir, jangan-jangan, ada masalah sama alatnya, mungkin tintanya habis. Abisnya, kok, pemeriksaannya ga mulai-mulai dan si perawat malah sibuk nyobekin kertas? Gw makin deg-degan.

Akhirnya si perawat nyamperin gw.
"Apakah adik stress?"
"Apa adik sedang gelisah atau under-pressure?"
"Detak jantungnya, kok, cepet banget, ya?"

Lho, jadi cuma gini doank toh meriksanya? Jadi, dari tadi mesin itu udah jalan? Ga ada setrum-setrumnya? Hati gw ketawa. Malu juga kalo si perawat sampe tau kalo gw ketakutan gara-gara gw pikir mau disetrum.

Akhirnya, gw cuma jawab kalo gw ga stress, ga gelisah, dan ga under pressure. Gw pun minta dicoba lagi, dia setuju. Syukurlah, setelah dicek sekali lagi, semuanya ternyata normal. Wah, kalo dari awal tau bahwa prosedurnya sama sekali tidak menyakitkan, mungkin gw bisa ketiduran. Hihihi.


Sekarang medical check-up ga diperlukan lagi buat memperpanjang visa, karena gw udah ganti tipe visa. Walaupun begitu, gw sadar kalo medical check-up itu penting, minimal setahun sekali, biar kalo ada apa-apa, bisa diobati sebelum terlalu parah. Ah, andai saja ada cara yang lebih tidak menakutkan untuk tes darah. 

Salam sehat!
Wednesday, July 24, 2013

What Asthma Has Taught Me

Pertama kali gw tahu gw punya sakit asma itu waktu gw SD, kelas 3 tepatnya. Awal kambuh, gw ga gitu ngerti kalo itu asma. Yang gw tahu, gw sesak napas dan ga bisa tidur semaleman. Sampe-sampe gw harus tidur sambil duduk dan kebangun tiap 15-30 menit. Saat itu, gw bahkan ga tahu apa gw bisa bertahan hidup sampe besok.

Sebelum gw bercerita lebih jauh, berikut artikel dari Web Kesehatan tentang asma:
Asma adalah sebuah penyakit kronis pada sistem pernapasan, berupa peradangan dan penyempitan saluran pernapasan. Saat serangan asma terjadi, saluran pernapasan ke paru-paru akan mengalami peradangan dan membengkak. Hal tersebut menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan, sehingga volume udara yang masuk berkurang dan penderitanya akan sulit untuk bernapas secara normal, dada terasa sesak, dan batuk.
Perbedaan antara bronkiol normal dan penderita asma (Web Kesehatan, 2013)
Penjelasannya cukup to the point, kan?Walaupun banyak metode pengobatan terhadap asma, penyakit ini tetap berbahaya. Namun dengan pengobatan yang benar, penderitanya dapat hidup dengan normal. Pada penderita asma yang parah, penyakit ini akan membatasi aktivitas seperti olahraga dan outdor lainnya.
Setelah kejadian pertama kali kambuh itu, asma gw jadi lebih sering kambuh. Setahun bisa 5-10 kali, bahkan lebih. Setiap kali kambuh, selalu berasa pengen mati. Bener-bener ga bertenaga. Tarik napas dalam-dalam, berkali-kalipun, ga berasa ada udara yang masuk. Saat mandi aja, pas ngangkat gayung berasa beraaattt dan capeeekkk banget. Seolah-olah mandi itu kaya mendaki gunung lewati lembah. Jalan dari A ke B yang jaraknya 5m aja bisa cape ngos-ngos an. Ga usah jalan deh, ngomong aja capek. Bahkan bernapas aja bisa bikin keringetan. Sampe-sampe nyokap gw marah-marah karena gw ga mau ngomong dan selalu jawab pertanyaan dengan anggukan, gelengan, atau jawaban super singkat.

Enggak, gw ga lebay! Ini serius!! Kalo mau ngerasain, coba bernapas kurang dari 5x dalam satu menit, dan lakukan aktivitas seperti biasa selama beberapa jam aja. Pasti kalian-kalian juga komplen kalo ngomong dan menarik napas aja bisa bikin capek. Bisa tahan ga kalo harus ngelakuin satu hari penuh? Tiga hari? Satu minggu?

Sejak itu juga, gw ngerasa stamina gw turun drastis. Sebelum asma, gw masih kuat lari-lari keliling lapangan 3 putaran atau kejer-kejeran sama temen. Tapi setelah gw ada asma, lari 1 putaran aja udah harus maksain diri.

Ngeliat gw ada asma, bokap nyokap gw heran. Karena sebenernya gw ga ada turunan asma. Kadang,  pas mau tidur, gw sering nangis kenapa gw bisa punya sakit asma. Apalagi dokter bilang kalo asma itu ga bisa disembuhin. Gw bahkan sempat nyalahin bokap gw dan nenek gw yang memang perokok berat (dalam hati, pastinya).

Saat itu gw mikir, hidup gw bisa-bisa harus bergantung sama obat seumur hidup. Gw tahu jelas, obat-obat asma itu berefek samping: mual, susah tidur, menghambat proses penyembuhan luka, menghambat pertumbuhan, tekanan bola mata membesar, menyebabkan katarak prematur, hilangnya kalsium, sampai-sampai meningkatkan resiko serangan jantung. 

Tapi semua itu berubah. Semakin gw dewasa, gw belajar untuk ga menyalahkan orang lain. Karena gw tahu, everything happens for at least a reason. Gw juga mulai belajar untuk complain less. Gw menganalisa faktor-faktor yang bikin asma gw kambuh. Setiap orang berbeda-beda penyebabnya, bisa dari makanan, debu dan kotoran, aktivitas fisik, faktor psikologi, dan lainnya. Bisa juga kombinasi dari dua faktor atau lebih. In my case, aktivitas yang berat dan faktor psikologi bisa bikin asma gw kambuh. Setelah gw tahu, gw mulai belajar buat mengontrol diri gw supaya ga kambuh.

Bahkan hari ini, detik ini saat gw nulis ini, gw BERSYUKUR gw punya asma. It's part of me and it has taught me lot of things.
  • Blame no one. Everything happens for a reason.
  • Complain less.
  • Gw belajar untuk sabar dan pasrah. Pas kambuh, gw seolah-olah diingatkan kalo manusia hidup di antara napas. Dan sebanyak apapun harta benda yang gw punya di dunia ini, gw ga bisa membeli napas kalo emang napas itu udah ga tersambung lagi.
  • Gw belajar untuk relax dan ga panik-an. Kalo di detik-detik menjelang kematian aja gw bisa relax, apalagi kalo menghadapi masalah yang ga ada hubungannya sama hidup dan mati? :P
  • Routinely exercise. Betul memang kalo asma ga boleh kecapekan. Tapi kalo ga berolahraga, stamina makin turun, dan justru asma jadi lebih sering kambuh. And, I kinda love exercising...
  • Listen to my body. Stop saat gw capek. Stop saat gw ga enjoy ngelakuin suatu hal. Tenangkan pikiran saat menghadapi masalah, nothing is as bad as it seems (FYI, asma bisa kambuh karena faktor psikologi juga lho!). 
  • Dare to say NO! Pas masih SMP dulu, guru olahraga suka maksa-maksa gw buat ikut ini itu ato mencapai suatu target saat olahraga, dan gw harus berani bilang 'enggak' tanpa memberikan alasan kalo gw ada asma, malu, kan, kalo ada asma bilang-bilang? Bahkan gw ga peduli kalo dia marah atau kesel sama gw. Belajar dari situ, kalo ada yang ngajakin hal-hal yang ga bener atau bertentangan dengan prinsip gw, gw berani bilang NO! Dan berani jadi diri sendiri tanpa harus peduli apa kata orang.
  • Gw enggak merokok, shisha, atau sejenisnya. Sebisa mungkin gw juga menjauhi asap rokok karena gw tahu bahayanya. Biar aja orang bilang gw ga gaul.
  • Kalo lagi berdiam diri, gw mensyukuri setiap tarikan napas gw. Be grateful!
Hasilnya?? Dengan beraktivitas layaknya orang normal, dalam 6 tahun belakangan, asma gw cuma kambuh 2 kali. Itupun cuma sebentar dan karena gw bandel excited ikut terlalu banyak aktivitas. Maklumlah, musim liburan. Bukan cuma itu aja, gw bahkan jarang sakit walau terkadang gw kelewat sibuk dan kelewat hiperaktif. Gw bahkan pernah diving, sesuatu yang kata orang ga boleh dilakukan oleh orang asma! :D :D

~ If you can't change something, change the way you think about it ~
Wednesday, July 13, 2011

Aneka Tips: Membersihkan Karang Gigi Ternyata Mengerikan

Sampe gw umur 21 tahun ini, gw ke dokter gigi baru sekali. Itu pun waktu gw masih SD, nemenin nyokap gw ke dokter gigi. Terus gw disuruh sekalian periksa. Sebenernya ga ada masalah apa-apa, cuma ada gigi susu yang udah waktunya copot, tapi gw ga berani nyopotnya. Hehehe..

Nah pas beberapa hari yang lalu, gw ke dokter gigi lagi. Rencananya buat bersihin karang gigi. Soalnya kata temen gw (dan ikatan dokter gigi sedunia =P), bersihin karang gigi itu PENTING!

Berhubung gw takut dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan alat-alat kedokteran, malemnya pas mau tidur, gw jadi parno sendiri. Nanyain hal-hal ga jelas ke adek gw. Kira-kira begini percakapannya:

? Bersihin karang gigi sakit ga, sih?
- Ga. Tapi kalo kena gusinya ya agak ngilu-ngilu dikit.
? Terus abis itu bisa langsung makan?
- Bisa.
? Kerasa aneh ga?
- Ga berasa apa-apa. Ga ada bedanya kayanya.
? Bersihinnya berapa menit?
- Paling 10 menit lah.
? Capek donk mulutnya mangap 10 menit? *udah ga jelas nanyanya*
- Ya ga mangap terus. Kan ntar tiap berapa menit disuruh kumur-kumur.
? Keluar darahnya ga?
- Pas kumur-kumur ada darahnya sedikit, terus ada pasir-pasirnya juga.
? HAH, KELUAR DARAHNYA?? *udah parno*
- Iya, tapi dikit doank, ga kerasa.
? Alatnya kaya gimana?
- Kaya besi tipis panjang gitu. Pake listrik. Tapi biasanya ada yang manual juga.
? Tajem gitu, ya?
- Iya, ujungnya tajem.
? Kalo kena lidah berdarah donk lidahnya? *makin ngaco*
- ...... *adek gw mulai kesel sepertinya* Bukan berdarah lagi, BISA KEPOTONG LIDAHNYA!!
? .......................... *Gw makin parno, ga bisa tidur*


Keesokan harinya.........

Gw dateng ke dokter gigi, dengan (sedikit) ketakutan. Berhubung adek gw nyuruh gw duluan, dengan sok berani akhirnya gw maju dan duduk di kursi pasien yang lebih nyaman daripada bangku sekolah gw.

Sang dokter ngecek gigi gw sebentar. Terus berkomentar: "Hmm.. lumayan sih, ga banyak-banyak banget". Gw pun menarik napas lega. Terus dia ngambil alat mengerikan, yang kira-kira bentuknya mirip kaya gini:
Diambil dari: diniarsj.wordpress.com
Mulailah proses pembersihan karang gigi. Gw mulai denger bunyi-bunyi kreettt.. kreettt... Terus ada yang bergetar-getar juga.

Daaannnn.... pengumuman penting: Yang bilang bersihin karang gigi ga sakit itu BOHOONNGGGGG!! Hmm.. oke ga segitu dramatisnya sih, sebenernya ga sakit-sakit banget. Tapi suara alatnya yang bunyi kret-kret-kret bikin gw parno dan telinga gw sakit! Udah gitu linuuuuuuuuuu.. Pas disuruh kumur-kumur gw liat ada darah bercampur semacam pasir gitu, gw langsung merinding.

Dalam pikiran gw, "karang-giginya-lumayan-ga-banyak-banyak-banget" itu artinya sedikit, paling cuma 5 menit beres. Ternyataaaaa.. 15 menit lebih! Gw mau protes, tapi ga bisa ngomong jelas. Daripada lidah gw ketusuk terus putus atau bolong, gw memilih untuk diam saja.

Akhirnya setelah kurang lebih 15 menit, giliran gw selesai. Gigi gw berasa agak aneh dan ga nyaman. Sambil nungguin adek gw, gw berdiri di depan kaca ngeliatin gigi gw yang sedikit berdarah-darah. Udah mirip kaya orang meratapi nasib di depan cermin. 

Terus ternyataaaa adek gw cuma 5 menit!! Argghh curang amet. Gw protes ke dokternya. Eh malah bilang gini: "Iya, ini kalo adeknya, karangnya masih muda. Jadi masih lembek dan gampang dibersihin. Kalo kamu, itu karang tua. Udah keras dan agak susah bersihinnya, makanya agak linu-linu." Untung dokternya ngomong gitu pas udah selesai, jadi ga bikin gw tambah parno.

"Tapi kamu giginya bagus, kok. Rajin dibersihin aja, minimal 1 tahun sekali. Penting, lho. Soalnya kalo ga dibersihin, tulang gigi bakal tertekan dan rapuh. Akhirnya giginya bisa ompong," si dokter nyeletuk lagi. Mungkin dia mau sedikit menghibur gw gara-gara liat tampang gw udah ketakutan.

By the way, gw mau infoin, harga buat ngebersihin karang berkisar antara 50 ribu - 75 ribu rupiah. Berhubung gw karangnya banyak, jadi bayarnya 75 ribu deh. Tapi gw sedikit kagum dengan si dokter dan peralatannya. Karang gigi gw semua lenyaaappp seketika!!

Pulang dari dokter, gw jadi sering berhalusinasi denger bunyi 'kret-kret-kret' dan gigi gw jadi linu. Sampe pas mau tidur, gw agak takut sikat gigi. Hehehe..

Bagaimanapun, gw tetep puas karena sekarang gigi gw bersih, bebas karang gigi!

PS: Ga sesakit dan semengerikan itu, sih, sebenernya.. Cuma gw suka parno sendiri aja. Buktinya setelah 4 tahun kemudian (iyaaa, butuh 4 tahun buat ngumpulin keberanian), gw masih berani membersihkan karang gigi lagi. Pastinya harganya sudah lebih mahal dan prosedurnya pun sedikit berbeda. Kisahnya gw tulis di: Pengalaman Kedua Membersihkan Karang Gigi.

Oh ya, buat yang giginya bolong, alangkah baiknya cepat ditangani. Kalo tidak, kemungkinan menjadi sangat menyakitkan dan harus dicabut, seperti kisah si Mr Hamburger yang gw tulis di: Pengalaman Mencabut Gigi Berlubang.

Salam sehat!