Sunday, April 24, 2016

Bahasa Paling Aneh di Dunia

Gw tidak menyangka ternyata ada cukup banyak bahasa aneh (dan unik) yang masih digunakan sampai saat ini. Tentunya, bahasa-bahasa yang unik ini umumnya digunakan oleh suku minoritas yang kurang terbuka dari perkembangan dunia luar. Dari semua itu, pilihan gw jatuh kepada bahasa Pirahã. Kenapa? Yuk, kita simak keanehannya.

Sekilas Tentang Bahasa Pirahã

Daniel Leonard Everett, seorang ahli bahasa asal California, menghabiskan 8 tahun masa hidupnya untuk mempelajari bahasa Pirahã. Bahasa ini digunakan oleh suku Pirahã, yang tinggal di negara bagian Amazon, Brasil. Saat ini, diperkirakan hanya 310-350 orang yang dapat berbahasa Pirahã.

Pada awalnya, Everett beberapa kali hampir dibunuh oleh penduduk lokal, karena suku Pirahã memang sangat tertutup akan orang asing.

Berikut rangkuman hasil penelitian Everett akan bahasa Pirahã.
Daniel Everett bersama suku Pirahã (spiegel, 2006)

Jumlah Fonem yang Minim

Dalam arti yang singkat, fonem adalah bentuk bunyi. Arti ribetnya, fonem merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna.

Dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalnya pelafalan kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.

Secara resmi, bahasa Indonesia mempunyai 32 buah fonem, yang terdiri sebagai berikut:
  • Fonem vokal (6 buah): a, i, u, e, ∂, o.
  • Fonem diftong (3 buah): ai, au, oi
  • Fonem konsonan (23 buah): p, t, k, b, d, g, c, j, f, s, š, x, H, v, z, m, n, ñ, N, r, l, w, dan y

Balik ngomongin bahasa Pirahã, bahasa Pirahã hanya mempunyai 10 fonem:
  • Fonem vokal (3 buah): i, a, o.
  • Fonem konsonan (7 buah): p, t, k, b ~ m, g ~ n, s ~ h, dan h (Gw sendiri ga ngerti yang ada tanda ~ nya bacanya gimana).
  • Dua fonem lainnya masih diperdebatkan.

No Hello, No Goodbye

Ketika seseorang datang, mereka hanya berkata: "Saya datang". Mereka tidak mengenal kata sambutan seperti hai atau halo. Mereka juga tidak mengenal kata-kata perpisahan. Selain itu, tidak ada kata khusus untuk mengucapkan terima kasih atau meminta maaf. 

Tidak Ada Grammar

Bahasa Pirahã sangatlah simpel. Selain jumlah fonemnya yang sedikit, bahasa Pirahã juga tidak mengenal grammar. Tidak ada perbedaan grammar untuk singular dan plural, laki-laki atau perempuan, ataupun kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Hmm.. poin yang ini sebenernya mirip-mirip kaya bahasa Indonesia ga, sih?

Tidak Mengenal Angka dan Waktu

Saking simpelnya, suku Pirahã tidak mengenal angka. Mereka hanya mengenal hói dan hoí (intonasinya sedikit berbeda). Hói berarti satu atau sedikit, dan hoí berarti banyak. Karena mereka tidak mengenal angka, suku Pirahã juga tidak mengerti konsep aritmatika. Tidak ada seorang pun yang bisa berhitung dari 1-10, bahkan dengan bantuan jari. Dikarenakan hal ini pula, suku Pirahã juga tidak mengenal jam maupun waktu.

Tidak Mengenal Warna

Selain tidak mengenal angka dan jam, mereka juga tidak mempunyai kata khusus untuk mendefinisikan warna. Mereka hanya memiliki kata 'gelap' dan 'terang'. Untuk mendeskripsikan warna, biasanya mereka menggunakan objek lain sebagai substitusi, seperti darah untuk warna merah, laut untuk warna biru, dan sebagainya. Tidak mengherankan kalo tidak ada seorang suku Pirahã yang melukis atau mewarnai.

Tidak Mengenal Arah

Tidak ada kiri-kanan, tidak ada utara-selatan, apalagi tenggara, barat daya, barat laut, dan timur laut. Mereka menunjukkan arah berdasarkan letak sungai: di deket sungai, jauh dari sungai, hulu, hilir, searah dengan aliran sungai atau berlawanan arah dengan aliran sungai.

Tidak Ada Anak Kalimat

Ada yang tahu apa itu anak kalimat? Pasti udah pada lupa kan, pelajaran bahasa Indonesia jaman sekolah dulu? Baiklah, gw akan jelasin dulu secara singkat biar pada ngerti.

Kalo ngomongin anak kalimat, pasti ga jauh-jauh dari topik 'Kalimat Majemuk Bertingkat'. Kalimat Majemuk Bertingkat yaitu salah satu jenis kalimat majemuk yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat, ada induk kalimat, dan ada anak kalimat. Anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap. Contohnya sebagai berikut:
Setelah aku selesai makan, aku mau berbicara kepadamu.
Induk kalimat (kalimat utama): Aku mau berbicara kepadamu.
Anak kalimat: Setelah aku selesai makan (kalimat ini tidak dapat berdiri sendiri dan hanya menjadi pelengkap kalimat utama).

Hmm... semoga penjelasan gw yang super singkat itu bisa dipahami.

Balik ke bahasa Pirahã, menurut Everett, bahasa Pirahã sepertinya satu-satunya bahasa di dunia yang tidak mempunyai konsep anak kalimat. Dengan menggunakan konteks kalimat yang sama, mereka bakal bilang:
Aku selesai makan, aku berbicara kepadamu.
Kata 'mau' pun hilang karena bahasa Pirahã tidak mengenal keterangan waktu.

Suku Pirahã Hidup Pada Masa Sekarang

Mungkin inilah yang membuat bahasa mereka begitu simpel. Mereka tidak mempedulikan masa lalu, dan masa yang akan datang. Mereka hidup di masa sekarang dan menikmati masa sekarang, tanpa terikat pada aturan apapun. Tidak peduli asal-usul mereka, tidak peduli apa yang akan datang, tidak ada dongeng sebelum tidur, tidak ada yang melukis, tidak ada pernikahan, tidak ada undang-undang, tidak ada agama, atau ritual apapun. Jangan heran kalo mereka tidak menganggap angka, warna, arah, jam atau grammar adalah sesuatu yang penting.

Walaupun begitu, Everett berpendapat bahwa mereka salah satu suku yang paling bahagia di dunia. Mereka selalu tertawa, termasuk ketika rumahnya hancur diserang badai. Mereka akan tertawa dan pindah ke rumah baru. Selain itu, mereka hidup aman dan damai, tidak ada kecemasan, tidak ada yang bunuh diri.

Don't Sleep, There Are Snakes

Buku karangan Everett tentang bahasa Pirahã 

Gimana, simpel bukan? Walaupun simpel, Everett menunggu 3 dekade untuk mempublikasikan hasil penelitiannya akan bahasa Pirahã. Bukunya, sampai saat ini menjadi kontroversi, karena bahasa Pirahã terlalu simpel dan tidak memenuhi syarat-syarat utama sebuah bahasa, yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern, Noam Chomsky.

Hingga saat ini, bahasa Pirahã masih diragukan kebenarannya. Namun, tidak ada seorangpun yang bisa berbahasa Pirahã lebih baik dari Everett, kecuali suku Pirahã sendiri. Proses pembuktian dipersulit dengan sifat suku Pirahã yang tertutup, tidak bisa berbahasa lain, dan seringkali berbohong pada orang asing. Bila terus begini, bahasa Pirahã diprediksikan mengalami kepunahan dalam waktu dekat.

Para pembaca yang budiman, adakah yang tertarik ke Amazon untuk belajar bahasa Pirahã?

2 comments:

  1. Aku tidak paham apa yang dipikirkan si Evereet tetapi pasti dia menjalani hidup bahagia dengan caranya sendiri.

    Yang kutau dia membuatku mengetahui beberapa hal baru dan membuat sist menulis ini :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Well, gw juga ga ngerti apa yang dia pikirkan. Kalo gw di posisi dia, gw mendingan pulang daripada tinggal 8 tahun di sana. Hihihi.

      Tapi kalo ga ada si Everett, kita mungkin ga akan pernah tahu kalo ada bahasa yang begitu simpel dan unik seperti bahasa Pirahã ini :D

      Delete