Sunday, December 14, 2014

Lika-Liku Software Engineer: Juniors From Hell

Gw seringkali harus berinteraksi sama beberapa software engineer yang cukup bikin melongo. Resume nya bagus. IP nya juga bagus, bahkan, ada yang IP nya 4, hanya saja universitasnya ga jelas. Beberapa bahkan kuliah di negara yang cukup ternama, seperti Amerika dan Jepang. Cuma, pengetahuan tentang komputer dan software nya, sangat kurang sekali.

Ada yang ga ngerti apa itu logika matematika: OR, AND, XOR, ...
Ada yang ga tau number basebinarydecimalhexadecimal, ...
Ada yang ga ngerti bedanya variable biasa dengan array, dan data type lainnya
Ada yang ga tau bedanya variable, class, function, parameter, ...
Ada yang ga bisa bedain hard disk sama RAM
Ada yang logika design nya sangat-sangat parah

Kadang, saking capeknya ngadepin ulah-ulah para junior yang aneh, gw sampe bingung mau ngomel atau ketawa. Diomelin dan dikasih waktu berjuta-juta tahun pun, kalo memang ga bisa, ya ga bisa. Ibaratnya kaya orang ga punya bakat dan passion buat ngegambar, tapi tetep ngotot mau gambar, ngerasa gambarnya udah perfect dan kurang inisiatif buat memperbaiki gambarnya.

Berikut beberapa kisah juniors from hell yang bikin gw ketawa sambil mengelus dada. Supaya para pembaca non-IT mengerti, semua pertanyaan dan term nya akan gw ganti menjadi term yang lebih general.

Junior yang Punya Short-Term Memory Loss
"Jadi, kamu udah ngerti, kan, smartphone itu apa, dan kenapa disebut smartphone?"
"Iya ngerti."
"Terus apa bedanya iOS, Android, Windows Phone, sama Blackberry?"
"Itu bedanya gini... (Dia menjelaskan panjang lebar)"
"Yap betul. Jangan sampe lupa, ya. Projek kamu berikutnya berhubungan dengan ini soalnya."

(2 minggu kemudian)
"Masih inget, kan, smartphone itu apa?"
"Eerr..."
(Gw nungguin)
(Dia tetep diem, mukanya kaya orang lagi berpikir ayam sama telur duluan mana)
"Aduh, lupa. Saya coba belajar lagi deh".
"... (Speechless, mending kalo gampang lupa tapi belajarnya cepet, ini mah, belajarnya lelet)"

Junior dengan Segudang Alasan
"Kok makalahnya masih belum selesai juga? Deadline-nya kan harusnya tiga hari lalu."
"Iya, soalnya kemarin ada sedikit masalah."
"Apa masalahnya?"
"Tiga hari lalu keyboard-nya rusak, jadi ga bisa ngetik."
"Terus sekarang udah bener? Solusinya gimana?"
"Udah bener. Ga tau juga, saya ga ngapa-ngapain, tiba-tiba aja dia udah bisa ngetik lagi."
"Terus selain itu, apa yang membuat kamu ga bisa nyelesain ini dalam waktu 1 bulan? Kita udah ngasih kamu waktu lama banget, lho, Mengingat kamu juga masih baru. Biasanya makalah kaya gini, 1 minggu udah bisa selesai."
"Iya, abis keyboard-nya rusak, terus sehari berikutnya mouse-nya juga rusak. Abis itu, sebenernya kemarin udah selesai, cuma tiba-tiba listriknya mati, terus dokumennya belum tersimpan, padahal udah ngetik panjang lebar. Makanya harus ngulang lagi sekarang."
"(Mulai capek dengerin alasan) Jadi, kamu butuh waktu berapa lama lagi sekarang?"
"Kira-kira 1 minggu lagi."
"..."

Junior Nyolot
"Buat bikin kaya gini, kira-kira kamu butuh waktu berapa lama?"
"Sepuluh hari... Sepuluh hari kerja."
"Sepuluh hari terlalu lama. Hal kaya gini seharusnya kamu bisa selesain dalam waktu 2 hari. Saya bakal kasih kamu waktu 3 hari. Dari situ kita liat perkembangan selanjutnya."
"Kalo gitu lain kali, ga usah pake nanya berapa hari, langsung aja bilang 3 hari!"
(Terus dia dipanggil bos dan diajak ngomong empat mata. HAHA!)

Junior yang Ga Ngerti Perbedaan
"Dari presentasi kamu, coba tolong jelaskan lagi bedanya Katy Perry sama Tom Cruise."
"Oow itu.. Jadi gini, kalo Katy Perry itu matanya ada dua. Sedangkan Tom Cruise, hidungnya cuma satu."
"Katy Perry matanya dua? Kalo Tom Cruise matanya emang berapa?"
"Iya, Katty Perry matanya dua. Kalo Tom Cruise hidungnya satu."
"Saya ga tanya hidungnya, saya tanya matanya Tom Cruise berapa?"
"Dua."
"Lah, berarti mereka sama-sama punya dua mata, terus apa bedanya?"
"Bedaaaa... Tom Cruise matanya dua, tapiiiii hidungnya cuma satu."
"Memang hidungnya Katy Perry berapa?"
"Saya lagi membandingkan matanya Katy Perry sama hidungnya Tom Cruise."
"Kalo kamu mau compare, harus cari topik pembanding yang sama donk. Misalnya jenis kelaminnya, Tom Cruise itu lelaki, Katy Perry itu perempuan. Jangan membandingkan mata dengan hidung."
"Iya, saya ngerti. Tapi Katy Perry matanya dua. Tom Cruise hidungnya satu. Itu kan udah jelas perbedaannya. Katy Perry dua, Tom Cruise satu. Di sini, saya fokus membandingkan angka dua dengan satu, tidak perlu fokus di mata dan hidungnya."
(Dan percakapan kaya gini bisa berlanjut sampe setengah jam, sampe akhirnya gw menyerah mengajarkan dia tentang perbedaan).

Junior yang Super Careless
"Saya baru dapet email dari client, mereka curiga kalo ada yang salah sama sistem kita. Menurut mereka berdasarkan laporan penjualan, penjualan mereka untuk bulan ini turun drastis."
"Oke bentar saya cek dulu"
(Keesokan harinya)
"Gimana, udah dicek masalah yang kemaren?"
"Saya ingat saya waktu itu update software awal bulan ini, buat fix beberapa bugs. Tapi ternyata ada bug lain, gara-gara kurang teliti, sebagian data penjualan ga masuk ke dalam database. Jadi data dari awal bulan sampe detik ini, penjualan di atas jam 12 siang, ga masuk ke database."
"HAH??? (Gw speechless lagi. Karena kalo udah berurusan sama missing data itu ribet!)"

Junior yang Ga Punya Sense of Design
(Lagi nge-design buat game virtual pet)
"Loh, ini binatangnya mana? Terus, kok, malah banyak tombol gini? Ada mulut, tangan, kaki, apel, bola... Tombol-tombolnya juga ga rapi gini. Satu terlalu ke atas, yang ini malah miring-miring. Ini cara mainnya gimana? "
"Ini fungsinya sama kaya game virtual pet lainnya, kok."
"Sama gimana? Binatangnya aja saya ga liat."
"Oh ada binatangnya. Gini cara liatnya, klik tombol kepala, ntar bisa liat binatangnya plus info-info lainnya, kaya nama, umur, dan lainnya."
"Kalo mau makan?"
"Klik gambar mulut. Setelah itu klik gambar apel."
"Kalo mau pilih makanan lain?"
"Hmm.. itu belom saya pikirkan. Saya pikir lebih baik kalo semuanya dibikin simple. Jadi saya cuma kasih satu jenis makanan aja."
"Terus kenapa saya harus klik gambar mulut dulu? Kalo langsung klik gambar apel memangnya ga bisa?"
"Ya supaya tahu kalo apel itu bakal masuk ke mulut."
"Design kamu sangat aneh. Apa sebelumnya kamu sudah melakukan riset bagaimana orang-orang lain men-design game virtual pet?"
"Ya, saya sudah lihat. Tapi saya tidak suka. Saya lebih suka design saya, lebih simple dan user-friendly."
"..."

Junior yang Cerdas
Eh, ini sih, bukan juniors from hell.
Thursday, December 4, 2014

Tiada Hari Tanpa Tawa: Bahasa Malaysia Oh Bahasa Malaysia

Udah pada tau, kan, kalo Bahasa Malaysia cukup unik dan kadang bikin kita, orang-orang Indonesia tertawa geli? Berikut beberapa kisah pengalaman gw berurusan dengan bahasa unik ini.

Awal-awal gw dateng ke Malaysia, gw tercengang dengan kecanggihan alat transportasi di Malaysia. Gimana enggak, gw lagi jalan di trotoar, pas mau nyebrang gang kecil, gw liat ada plang di pinggir gang yang tulisannya:
AWAS
KERETA
GILAAAA!! Kereta di Malaysia jalannya di jalan raya dan bisa masuk sampe gang-gang pinggir jalan! Gw mau nyebrang gang kecil aja jadi liat kanan-kiri sepuluh kali, saking takutnya ketabrak kereta. 
Ternyataaaaa, kereta itu artinya mobil.


Beberapa meter kemudian, gw sampai di hypermarket buat berbelanja kebutuhan-kebutuhan dasar yang ga bisa gw bawa dari Indonesia. Kalo kata orang Malaysia, kegiatan ini namanya 'membeli-belah', yang gw tanggepin dalam hati, 'Belah, kok, dibeli. Btw, belah itu apa juga gw ga tau.'

Di samping pintu masuk tempat membeli-belah ini, gw liat ada spanduk gede:
BELI SYAMPU 1
PERCUMA 1!!!*
Gw bengong, butuh waktu beberapa detik buat mencerna maksud spanduk ini. Apa ini maksudnya kalo beli shampoo ga boleh satu doank? Karena kalo beli satu percuma? Tapi, suka-suka gw donk. Gw, kan customer. Kata orang, customer adalah raja. Kok raja mesti diatur-atur harus beli berapa?
Ternyataaaaa, percuma itu artinya gratis.


Ketawa ngeliat sign itu jauh lebih ga malu-maluin dibanding speechless karena ga ngerti si lawan bicara ngomong apaan. Dari sini, ke-sotoy-an gw terlatih, walau awal-awalnya, gw kadang bisa bengong beberapa detik saking bingungnya.

Kisah 1: Gw lagi di restoran Malay pinggir jalan, mau pesen makanan

Gw: Saya nak order ini ada?
Dia: Tak boleh.
Gw: (Nunjuk gambar makanan lain) Ini, Bang?
Dia: Itu pun tak boleh.
Gw: (Salah apa gw, sampe ga boleh pesen makanan? Muka gw ga kere-kere amet perasaan) Kalo yang ini?
Dia: Tak boleh lah. 
Gw: Kenapa semua tak boleh, Bang?
Dia: Ayam dah habis.
Gw: ...

Kisah 2: Gw mau janjian jalan-jalan sama temen gw yang orang Malay.

Gw: Besok pukul 10, ok?
Dia: Tak boleh lah.
Gw: (Ngajak jalan jam 10 pagi melanggar UU, ya?) Why?
Dia: Pukul 10 saya nak hantar saya punya Mom pergi airport. Pukul 12 boleh?
Gw: ...

Ternyataaaaa, boleh itu artinya bisa. Tak boleh artinya ga bisa.


Kisah 3: Gw lagi makan nasi lemak, makanan khas Malaysia, tiba-tiba ada temen gw yang udah agak berumur lewat. Di Malaysia, kebanyakan kita manggil orang-orang seumuran bokap-nyokap kita dengan panggilan: Uncle-Antie.

Gw: Morning, Uncle.
Dia: Morning. Makan apa?
Gw: Nasi Lemak, Uncle.
Dia: Wah, sudah pandai makan nasi lemak.
Gw: ...

Seriusan gw ga jawab apa-apa saking bingungnya. Emang makan nasi lemak butuh kepandaian tertentu? Untung aja tuh Uncle cuma lewat sekilas aja. Kalo enggak, pembicaraannya mungkin bakal jadi begini:

Gw: Iya donk, Uncle. Saya sudah berlatih 3 tahun untuk menguasai skill makan nasi lemak.
Dia: Dalam 3 tahun ini, sudah berapa kali makan nasi lemak?
Gw: Sehari tiga kali. Berarti sudah 365 x 3.
Dia: Wah, cepat sekali sudah menguasai skill-nya. Padahal makan nasi lemak tidaklah mudah. Orang sini saja butuh waktu puluhan tahun supaya pandai makan nasi lemak.

(dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya. Kalo gw lanjutin kisah imajinasi gw ini, gw takut para pembaca yang kenal gw, bakal nyeret gw ke rumah sakit jiwa terdekat).

Ternyataaaaa, sudah pandai makan nasi lemak itu artinya.......... gw juga ga tau.


Dan masih banyak kisah-kisah serupa tapi tak sama, yang mungkin bakal gw ceritakan di post-post berikutnya.