Showing posts with label beach. Show all posts
Showing posts with label beach. Show all posts
Sunday, May 10, 2015

Jalan-Jalan Terus: Pulau Lombok yang Menawan

Walaupun lokasinya berdekatan dengan Kepulauan Gili, Pulau Lombok memberikan nuansa yang jauh berbeda dari Gili. Di post sebelumnya, gw menuliskan kalo selama di Gili, gw ga ngerasa sedang berada di Indonesia, sedangkan di Lombok, gw ngerasa kalo gw di Indonesia banget.

Satu kesamaan Gili dan Lombok yaitu penduduknya yang super ramah. Namun sayangnya, mereka cenderung kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Sampah di mana-mana, dan yang paling nyebelin, orang merokok pun di mana-mana. Jarang sekali gw temuin restoran yang mempunyai smoking area khusus, kalopun ada, pasti smoking area dan non-smoking area hanya terpisahkan oleh tembok bayangan yang ga bisa dilihat oleh siapapun. Bahkan di dalam mall-mall dan bandara yang ber-AC sekalipun, gw mencium asap rokok di mana-mana. Miris!

Terlepas dari semua itu, Lombok mempunyai pesona alam yang sangat alami dan mengagumkan, membuat gw jatuh hati! Harga-harga makanan dan paket tour pun, jauh lebih murah dibandingkan Gili.

Mobil atau motor merupakan pilihan transportasi terbaik di Lombok, dikarenakan jarak objek wisatanya yang berjauhan dan jalan yang berlika-liku. Harga sewa mobil bervariasi. Sayangnya, banyak agen yang tidak mengijinkan orang lokal menyewa mobil tanpa sopir. Namun, setelah bernegosiasi, gw diperbolehkan menyewa mobil tanpa sopir dengan harga 550 ribu rupiah untuk 2 hari 1 malam, tidak termasuk bensin.

Kenapa gw pilih sewa mobil tanpa sopir?
  • Harga lebih murah.
  • Tidak perlu pusing mikirin makan siang dan makan malam sopir.
  • Tidak perlu ngikutin jam kerja sopir (9 pagi - 6 sore), jadi kita tidak perlu merasa diburu-buru untuk pulang.
  • Lebih menantang, karena pake nyasar-nyasar dikit. 

Kuliner

Makanan Lombok yang paling khas: Ayam Bakar Taliwang! Selain itu, ada juga Sayur Lebui, dan Pelecingan yang pedas. Untuk menikmati makanan khas Lombok, restoran rekomendasi gw yaitu Taliwang Irama, Dua EM, atau Lesehan Green Asri yang bisa merasakan sensasi makan di tengah sawah. Semuanya terletak di kota Mataram.
Ayam Bakar Taliwang

Desa Sukarara

Surganya kain tenun Lombok ini terletak di Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah. Letaknya yang dekat dengan bandara, menjadikan desa ini sebagai objek wisata pertama yang gw kunjungi di Lombok.

Di desa ini, kita bisa membeli kain tenun, melihat proses pembuatan kain tenun, mencoba baju adat khas Lombok, bahkan belajar menenun sendiri. Biaya untuk meminjam baju adat dan berfoto adalah seikhlasnya.

Kain tenun dikategorikan menjadi 2 jenis, berdasarkan bahan dan polanya, yaitu Songket dan Ikat. Dua-duanya bisa kita temukan di sini. Harga kain tenun di sini relatif mahal, berkisar antara 100 ribu - 200 ribu bergantung dari corak dan jenisnya. Hal ini dikarenakan pembuatannya yang masih manual dan memakan waktu lama (sekitar 1 minggu per meter), dan kualitasnya yang katanya lebih terjamin.

Uniknya, di desa ini, para pemuda dan pemudi mulai diajari menenun sejak berusia 9 tahun. Perempuan pun tidak diperbolehkan menikah apabila belum bisa membuat kain tenun sendiri. Aturan tidak tertulis ini sengaja dibuat untuk melestarikan budaya tenun di Desa Sukarara.
Proses menenun
Pakaian tradisional Lombok (tampak depan)
Pakaian tradisional Lombok (tampak belakang)
Rumah adat Lombok: Rumah Lumbung

Pantai Senggigi

Walau pasir dan airnya tidak begitu bersih, Pantai Senggigi yang terletak di wilayah Barat Pulau Lombok ini, merupakan pantai terbaik untuk menikmati matahari terbenam.
Sunset di Pantai Senggigi

Desa Banyumulek

Terletak di Kecamatan Kediri, Lombok Barat, Desa Banyumulek merupakan pusat kerajinan gerabah di Lombok. Tiket masuk ke sini sebesar 5 ribu per orang, dan biaya untuk belajar membuat gerabah itu seikhlasnya.

Proses pembuatannya sebenernya cukup simpel dan mudah, dan hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Gw ngerasa kaya lagi main mainan masa kecil gw: malam. Atau kalau pinjem istilah anak-anak jaman sekarang: Play-doh.  Bedanya, ini tidak lengket, lebih fleksibel dan lebih kuat.

Pas ditanya mau bikin apa, gw jawab gw mau bikin sesuatu yang paling simpel dan paliiiing gampang. Dalam benak gw, mungkin mangkuk atau gelas kecil. Eeehh tau-tau si ibu malah nyeletuk: 'Oh, asbaaak.' (sambil ketawa-ketawa), sambil berusaha meyakinkan kalo asbak juga gampang bikinnya. Gw pun pasrah. Dan... pas asbaknya udah jadi, si ibu malah nyuruh gw nambahin cicak di samping. Anyway, gw suka cicaknya karena nyengirnya kelebaran jadi dia keliatan kaya cicak yang suka heboh sendiri.
Belajar membuat asbak dari gerabah
Menuliskan nama di asbak sambil diketawain cicak yang nyengirnya kelebaran
Asbak dengan cicak berbadan bolong-bolong, keliatan ga?
Setelah jadi, asbak yang masih basah ini perlu dijemur kurang lebih 1 hari dengan panas yang tidak begitu menyengat. Panas yang terlalu menyengat justru membuat gerabah jadi retak.

Desa Sasak

Sejujurnya, pas gw di Lombok, gw ga nemu desa ini di Google Map. Hampir saja objek wisata ini dicoret dari list gw. Tapi ternyata, dalam perjalanan menuju pantai selatan Lombok, Desa Sasak muncul begitu saja di pinggir jalan. Yay!

Biaya masuk dan tour guide 35 ribu per orang. Mereka sangat ramah dan membantu menjelaskan tentang budaya Sasak, serta menemani kita berkeliling Desa Sasak yang ternyata cukup besar. Desa Sasak ini merupakan desa asli Lombok dengan adat dan budaya unik. Berikut rangkumannya:
  • Di dalamnya terdapat 150 rumah dan 750 penduduk. Berhubung penduduknya yang makin besar, ada 7 desa lain yang dibangun di lokasi berdekatan. Namun, hanya lokasi yang ini yang dijadikan objek wisata.
  • Di desa ini, semua bersaudara, layaknya keluarga yang sangat besar. Mereka menikahi sepupu sendiri untuk melestarikan adat dan budaya mereka.
  • Apabila ingin menikah, pihak lelaki tidak datang untuk meminta restu dari keluarga perempuan, karena menurut mereka, tindakan tersebut justru tidak sopan. Pihak laki-laki justru menculik pihak perempuan tanpa sepengetahuan orang tua dari pihak perempuan, kemudian perempuan ini disembunyikan di salah satu rumah keluarganya. Setelah itu, baru keluarga pihak laki-laki memberi tahu, melamar pihak perempuan, dan bernegosiasi. Dalam hal ini, apabila si perempuan setuju untuk menikah, keluarga pihak perempuan tidak punya hak untuk tidak menyetujui pernikahannya.
  • Mereka merayakan pemotongan rambut bayi pertama kalinya dengan menyembelih 9 ekor ayam atau 1 ekor kambing, yang nantinya digunakan untuk makan dan berpesta bersama.
  • Penduduknya rata-rata tidak bisa berbahasa Indonesia. Dalam kesehariannya, mereka menggunakan bahasa asli lombok untuk berkomunikasi, termasuk sekolah. Hanya 11 orang yang fasih berbahasa Inggris. Salah satu dari 11 orang ini lah yang menjadi tour guide menemani gw berkeliling.
  • Atap rumah penduduk terbuat dari alang-alang yang dikeringkan. Atap ini diganti ketika sudah bocor, biasanya setiap 6-7 tahun sekali.
  • Walau di KTP tertulis beragama Islam, namun sesungguhnya agama mereka merupakan campuran dari ketiga aliran kepercayaan: Islam, Hindu, dan Animisme (percaya pada makhluk halus dan roh). Maka dari itu, setiap rumah memiliki 'Watu Telu' atau tiga batu berbentuk tangga yang dijadikan simbol tiga aliran kepercayaan ini.
  • Rumah mereka berukuran dan berbentuk nyaris sama. Dua tingkat tanpa kamar mandi. Mereka mandi di kamar mandi umum di desa mereka.
  • Setiap bulannya, mereka mengadakan ritual untuk memohon para leluhur memberikan berkah. Dalam ritual ini, mereka biasanya menyembelih ayam dan melapisi lantai rumahnya dengan kotoran sapi atau kerbau.
  • Mayoritas penduduknya adalah petani. Padi yang mereka tuai mereka simpan di rumah lumbung, dan siapapun boleh mengambil berapapun untuk konsumsi sendiri. Di satu desa ini, totalnya ada 11 rumah lumbung.
Berpose di depan rumah kepala desa
Tipikal rumah warga Sasak. Tiga batu tersebut merupakan simbol 'Watu Telu'. Lantai bawah digunakan untuk tempat tidur si ayah dan anak-anak.
Lantai atas digunakan untuk tempat tidur si ibu dan untuk memasak saat hari hujan 
Rumah Lumbung untuk menyimpan beras
Di desa ini, banyak juga orang-orang yang membuat benang dan menawarkan souvenir hasil bikinan mereka sendiri. Tapi saran gw, kalau mau beli souvenir seperti gelang atau kalung, jangan beli di sini karena harganya mahal. Belilah di pinggir pantai di mana anak-anak kecil menawarkan barang yang sama dengan harga 10 ribu untuk 3 biji.

Pantai di Bagian Selatan Lombok

Dibanding pantai Senggigi, air di pantai selatan Lombok lebih jernih dan pasirnya lebih putih. Hal ini dikarenakan erupsi Gunung Rinjani yang membuat pantai-pantai di bagian tengah Lombok jadi tidak begitu jernih. Saking pengennya liat pantai-pantai yang katanya indah itu, gw bela-belain ke bagian Selatan Lombok, yang letaknya 2,5 jam dari Senggigi.

Selain karena keindahannya, pantai-pantai di Selatan Lombok sangat cocok untuk surfing dikarenakan ombaknya yang deras. 

Pantai pertama yang gw kunjungi adalah Pantai Kuta. Singgah sebentar untuk makan siang, kemudian melanjutkan menyusuri bagian timur Pantai Kuta. Sepuluh menit kemudian, gw tiba di Pantai Seger. Tidak sampai 1 menit di sana, gw pun berangkat ke Pantai Tanjung Aan, yang berjarak 20 menit dari Pantai Seger.
Pantai Tanjung Aan
Gw mulai kecewa. Pantainya memang ramai, tapi kotor, airnya kotor, bahkan sampah di mana-mana. Pasirnya pun kotor. Anak-anak kecil berjualan di mana-mana, bahkan terkesan maksa. Sampe ngikutin gw dan hampir masuk ke restoran. Hati gw miris. Ga bisa banget ya, kita, orang Indonesia, menjaga kebersihan lingkungan kita sendiri? Atau bersikap sedikit bersahabat membiarkan para turis menikmati pantai tanpa 'memaksa' para turis membeli barang dagangan?

Tanpa berharap banyak, gw memutuskan ke Pantai Mawun dan Selong Belanak yang letaknya di sebelah barat Pantai Kuta. Perjalanan ke Pantai Mawun memakan waktu kira-kira 30 menit dengan jalanan cukup sempit, berliku, dan naik turun, berbeda jauh dengan jalan menuju Pantai Seger dan Tanjung Aan yang datar.

Hasilnya, membuat gw yang tadinya udah hilang semangat, jadi melonjak kegirangan. Pantai Mawun, pantai berair jernih dan berpasir putih. Gw pun menyempatkan diri bermain air di sini.
Pantai Mawun
Pantai terakhir yang akan gw kunjungi yaitu Pantai Selong Belanak, 10 menit dari Pantai Mawun. Lagi-lagi, jalannya sempit, naik turun dan berliku. Tidak sia-sia, pantai ini merupakan pantai terindah yang pernah gw liat. Hamparan pasir yang halus dan luas, serta airnya yang jernih, bikin gw jatuh hati dan berasa ga mau pulang. A MUST go beach buat para pencinta pantai!!
Hey you! Yeah, me?
Hamparan pasir kering
Hamparan pasir basah nan halus yang sangat luas, sampe-sampe gw bisa nulis nama gw besar-besar
Mengabadikan helikopter lewat sambil menikmati matahari terbenam

Hutan Monyet Pusuk
Berada di kawasan Lombok Barat, hutan monyet merupakan salah satu jalan alternatif menuju Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep. Di sini, ratusan monyet setia bertengger di pinggir jalan dan akan mendatangi para turis yang membawa makanan. Jangan lupa membawa kacang atau pisang untuk memberi makan dan berfoto-foto dengan para monyet di sini.

Air Terjun Sendang Gila dan Tiu Kelep

Pintu masuk ke air terjun
Di area ini, terdapat 2 air terjun, yaitu Air Terjun Sendang Gila dan Air Terjun Tiu Kelep. Walau air terjun Sendang Gila lebih popular, tapi menurut gw, Air Terjun Tiu Kelep lah yang lebih bagus dan lebih tinggi.

Untuk menuju Air Terjun Tiu Kelep, diperlukan adanya tour guide dikarenakan tidak adanya plang jalan dan sulitnya akses menuju ke sana. Tanpa tour guide, sepertinya gw bakalan kesasar dan ga tau jalan. Biaya tour guide 100 ribu rupiah.

Jarak dari pintu masuk ke Air Terjun Sendang Gila kira-kira 15 menit. Sedangkan jarak dari Air Terjun Sendang Gila ke Air Terjun Tiu Kelep memakan waktu 25 menit. Jangan berharap jalannya bakalan bagus dan rata. Untuk mencapai air terjun pertama, banyak tangga yang harus dilewati. Untuk mencapai air terjun kedua, bukan hanya tangga saja, tetapi ada jembatan gantung, dan sungai dengan arus yang cukup deras untuk disebrangi.
Menyebrangi sungai
Setelah kira-kira 30 menit berjalan dan ngos-ngosan berasa mau mati, si tour guide bilang, ini udah sampe, kok, di air terjun. Gw bengong, ngeliat kiri kanan ga ada air terjun, cuma denger suaranya doank dari tadi. Otak gw udah merencanakan untuk menenggelamkan si tour guide yang udah ngerjain gw ini di air terjun (bercanda :P). Tetapi ternyata, di balik batu besar, gw melihat air terjun yang paling keren yang pernah gw liat.
Air Terjun Tiu Kelep
Air terjun dengan ketinggian kira-kira 42 meter ini cukup menawan. Airnya super jernih dan dingin, bersumber dari Danau Segara Anak Gunung Rinjani. Si tour guide bahkan mengambil air langsung dari air terjun dan dimasukkan ke dalam botol air mineral untuk diminum. Gw pun sempat mencoba, rasanya memang benar-benar menyegarkan.

Konon katanya, mandi di sini membuat kita awet muda. Maka itu, gw menyempatkan diri untuk bermain-main di sini, sekedar membasahi diri biar gw awet muda :)

Pulangnya, atas saran tour guide kita yang sedikit edan, gw memilih jalan yang sedikit anti mainstream: lewat saluran air yang panjang! Berbekal senter dari HP, kita jalan perlahan-lahan dikarenakan arus yang kuat dan jalan yang terkadang berlubang di tengahnya selama kurang lebih 3-5 menit. Memang, sih, jalan ini lebih cepat dan tidak melelahkan karena menghemat waktu naik turun tangga. Tapi, walaupun seru, kalo disuruh masuk sendiri, gw ga berani. Secara di dalem gelap banget dan beberapa kali gw ngeliat ada laba-laba dan kelelawar terbang di atas kepala gw.
Jalan pulang anti mainstream: Pintu masuk saluran air
Jalan pulang anti mainstream: Pintu keluar saluran air
Saran gw, jangan menggunakan sandal jepit ke sini, karena arus yang deras bisa membuat sandal jepit terbawa arus dan hilang sewaktu-waktu. Kalaupun masih mau memakai sandal jepit, sebaiknya bawa sandal jepit cadangan. 

Oleh-Oleh Khas Lombok

Selain magnet, gantungan kunci, dan kaos bertulisan Lombok, makanan-makanan lokal khas Lombok seperti dodol rumput laut, susu kuda liar, dan madu putih sumbawa, juga bisa dijadikan oleh-oleh. Opsi lainnya adalah mutiara, gelang dari kerang atau batu-batuan, atau kain tenun.

Oleh-oleh dari Lombok

Jalan-Jalan Terus: Liburan Bebas Polusi di Kepulauan Gili

Kepulauan Gili, atau yang dikenal dengan sebutan Tiga Gili: Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan, merupakan tempat yang sangat cocok untuk rileksasi. Ketiga pulau ini bebas polusi karena kendaraan bermotor tidak diperbolehkan memasuki daerah sini. Selama gw di sana, gw ga melihat satu orang pun yang merokok, dan jalanan pun sangat bersih dari sampah. 

Para penduduk di sini mayoritas bisa berbahasa Inggris dan super ramah! Ditambah lagi wisatawan asing yang mendominasi Gili, membuat gw merasa sedang tidak berada di Indonesia. Mereka bahkan mengklaim kalo Pulau Gili relatif aman, and yes, gw beberapa kali menitipkan tas gw di restoran-restoran atau warga sekitar saat gw snorkelling, dan tidak ada satu barang pun yang hilang. Two thumbs up buat orang-orang Gili!

Untuk ukuran pulau kecil, kegiatan yang bisa dilakukan relatif banyak. Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di Gili Trawangan.

Menaiki Cidomo

Cidomo merupakan alat transportasi publik khas Gili. Bentuknya seperti delman mini, yang kapasitasnya cuma buat 2 orang penumpang dan 1 sopir. Harganya menurut gw relatif mahal, sekitar 50 ribu untuk 3 km (berdasarkan estimasi). Namun sayangnya, saat kita membawa koper atau barang-barang yang banyak, kita cuma punya pilihan jalan kaki atau naik cidomo.

Bersepeda

Sepeda adalah alternatif alat transportasi lain yang paling efektif dan murah meriah di sini. Hampir setiap beberapa ratus meter terdapat tempat penyewaan sepeda. Harganya bervariasi dari 30 ribu - 50 ribu per hari (24 jam), tergantung kemampuan negosiasi kita.

Pulau dengan panjang 3km dan lebar 2 km ini, bisa selesai diputari dalam waktu 2 jam, sambil berhenti di beberapa spot menarik untuk berfoto, seperti pantai yang sepi, dan turtle conservation.
Mengunjungi turtle conservation
Bermain dengan sea turtle
Lanjut bersepeda seharian sampe pantat sakit

Horse Riding

Aktivitas lain yang bisa dilakukan di sini adalah horse riding. Aktivitas ini nampaknya kurang diminati. Selama di sana, gw jarang sekali melihat orang menyewa kuda, mungkin hanya 2-3 orang saja. Mungkin dikarenakan minimnya tempat penyewaan kuda di sana, yang setelah berkeliling-keliling, gw hanya nemu 1 tempat penyewaan kuda. Soal harga, gw ga tau.

Yoga dan Meditasi


Mau liburan sehat? Bisa mendaftarkan diri ikut yoga di beberapa yoga center di Gili. Gw ga begitu mengerti jenis-jenis yoga, tapi yang jelas, mereka menyediakan beberapa kelas yoga dan meditasi tiap harinya. Jadwalnya bisa langsung dicek di yoga center.

Kuliner

Dari makanan yang murah-murah, sampe restoran dan bar yang mahal, ada di sini. Jenis makanan pun sangat bervariasi, dari es krim biasa sampe es krim gelato khas itali, jagung bakar, bakso, sate ayam, seafood, spageti, pizza, sushi, sampe makanan khas Thailand pun, ada di sini.

Jika ingin menikmati makanan murah nan sedap, gw sarankan cari makan di Pasar Seni / Pasar Malam, yang berlokasi di dekat pelabuhan utama Gili Trawangan. Makanan utama di sini yaitu sate ayam, daging, dan tuna, seafood (ikan, udang, cumi, lobster) bakar, dan nasi campur. Gw ketagihan dengan ikan bakarnya yang super fresh dan murah meriah. Sekali lagi, harga tergantung kemampuan negosiasi kita.

Sebaliknya, kalau makan di restoran, harga sudah pas, tidak bisa ada tawar-menawar. Yang paling penting, perhatikan service tax nya. Sebagian restoran service tax nya cukup tinggi, bisa mencapai 21%. Kalau tidak tertulis di dalam menu, ada baiknya ditanyakan dulu sebelum makan. Sebagian restoran atau bar biasanya mengadakan performance seperti fire dance, live music, party lengkap dengan DJ-nya pada malam hari untuk menarik pengunjung.
Mencicipi makanan Italia

Snorkelling dan Diving

Pulau Gili sangat terkenal dengan penyunya. Hanya snorkel sekitar 20m dari pinggir pantai, kita sudah bisa melihat penyu-penyu di dasar laut. Kata penduduk lokal, snorkel di pinggir pantai sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 7, karena pada saat itu, penyu-penyu masih  relatif dekat dengan pinggir pantai.

Peralatan snorkebisa disewa dengan harga relatif murah berkisar 25 ribu - 35 ribu untuk setengah hari, lengkap dengan sepatu kataknya. Saat snorkeling, kita harus berhati-hati dengan karang yang cukup tajam di sekitar pantai, yang juga sukses bikin kaki gw luka-luka. Ouch!

Kalau tidak mau snorkel sendiri, banyak tour yang menyediakan paket snorkelling dengan harga sangat murah, berkisar dari 80 ribu (tanpa makan siang) - 120 ribu (termasuk makan siang) per orangnya. Dalam paket berdurasi 5 jam ini, kita akan dibawa menuju 3 area yang berbeda dengan menggunakan glass bottom boat. Kita diberi waktu untuk snorkel 30 menit di masing-masing area. Area pertama kurang menarik karena hanya melihat terumbu karang saja. Area kedua adalah area yang menurut gw paling menarik karena banyak penyu. Setelah itu kita berhenti di Gili Air untuk makan siang, bermain, dan beristirahat. Selesai makan siang, kita menuju area ketiga, area yang paling banyak ikannya.

Sayangnya, untuk paket snorkeling, mereka tidak menyediakan snorkeling goggle untuk mata minus. Hanya diving center yang menyediakan snorkeling goggle untuk mata minus, dan itupun, tidak disewakan untuk snorkeling. Untung saja, gw bawa kacamata renang minus sendiri. Jadi, gw tetap bisa menikmati keindahan bawah laut Gili!
Snorkeling with swimming goggles :)
Selain snorkeling, Gili juga surganya para penyelam. Ada lebih dari 20 diving spot yang menawarkan keindahan bawah laut yang unik dan berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita bisa mendatangi diving center di sana dan berkonsultasi di sana.

Sejujurnya, gw sedikit kecewa di sini. Menurut gw, air dan pasir di Gili ga sejernih dan seputih yang diberitakan di media-media. Spot-spot untuk snorkeling nya pun tidak begitu bagus, ikannya kurang berwarna-warni dan kurang beraneka ragam. Entah karena memang media yang overrated atau gw memang sering ke pantai-pantai indah dan ekspektasi gw jadi ketinggian atau gw memilih spot yang salah. Dari sekian banyak pantai yang pernah gw kunjungi, masih Redang, Malaysia, yang terbaik untuk snorkeling dan diving. Hanya saja di Gili ada keunikan tersendiri: surganya penyu dan katanya bisa melihat white shark bila beruntung!

Watersports

Berbagai macam olahraga air ditawarkan di sini, seperti banana boat, parasailing, seawalker, dan lainnya. Namun dikarenakan harga yang cukup tidak masuk akal, berkisar 700rb - 1jt per orangnya, gw mengurungkan niat gw untuk parasailing. Apalagi setelah tawar-menawar, mereka tetap bersikeras kalo harga tersebut sudah harga lokal dan tidak bisa kurang lagi.

Lain kali, gw akan mencoba parasailing di tempat yang harganya lebih manusiawi.

Massage

Setelah capek bersepeda dan beraktivitas seharian, gw menyempatkan diri mampir di massage center. Berbagai macam massage, dari foot massage, sampe full body massage, disediakan di sini. Harga bervariasi dari 60 ribu - 180 ribu. Gw pun mencoba Lomboknese Massage atau pijat khas Lombok dengan aroma terapi untuk rileksasi.

Berbelanja

Selain restoran yang cukup banyak, di sini juga terdapat banyak toko-toko kecil yang menyediakan baju-celana pantai serta perlengkapan menyelam. Lagi-lagi, harganya tergantung dari kemampuan negosiasi kita.

Menikmati Keindahan Pantai

Bahasa ngasalnya: bengong-bengong di pantai. Bisa ngeliatin sunrise, sunset, bulan purnama, ngeliatin orang lalu lalang, ngeliatin kapal lalu lalang, ngeliatin orang main parasailing yang bikin iri, baca buku, main ayunan, foto-foto, jungkir balik, atau ngapain ajalah, yang penting keliatan normal kalo dilakuin di pantai.


Puas menikmati keindahan Gili, gw pun melanjutkan perjalanan menjelajahi Lombok. Ikuti kisahnya di sini :)
Monday, August 11, 2014

Jalan-Jalan Terus: Belitung, Negeri Laskar Pelangi

Lebaran kemarin, gw menyempatkan diri liburan di kota kelahiran Bapak Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal Pak Ahok. Yap, Belitung!

Dari segi transportasi, sebenernya sedikit sulit menuju ke tempat ini. Hanya sedikit pesawat yang menyediakan layanan direct flight dari Jakarta ke Tanjung Pandan (Belitung). Gw bahkan ga menemukan pesawat yang terbang non stop dari Kuala Lumpur ke Tanjung Pandan.

Sesampainya di bandara yang super kecil itu, gw langsung dijemput oleh sopir dari salah satu travel agent. Biaya sewa mobil beserta sopirnya 750 ribu rupiah per hari. Mobilnya lumayan besar, muat untuk 9 orang beserta barang-barangnya.

Satu hal yang gw salutin dari Belitung: jalanannya bagus dan mulus! Hebatnya lagi, ga ada satu pun tukang parkir dan pengemis di sini! Terus denger-denger, Belitung ini menjadi salah satu kota teraman di Indonesia, lho! Thumbs UP!

Anyway, Berbekal research online plus sedikit ke-sotoy-an, berikut daftar perjalanan gw selama di Belitung:

Hari Pertama (Belitung Induk)

  • Nyampe di bandara udah sore akibat pesawat delay, langsung check-in hotel dan beristirahat sejenak. Hotel gw berlokasi di Tanjung Pandan, Belitung Induk, kira-kira 30 menit dari bandara.
  • Makan siang yang udah kesorean di KFC.
  • Menuju Danau Kaolin (15 menit dari hotel).
Danau Kaolin


  • Bermain-main di Pantai Tanjung Pendam sekaligus melihat sunset (dekat hotel).
Kamehameha di Pantai Tanjung Pendam
  • Makan malem di D*nasty Cafe, yang pelayanannya sangat lama dan harganya mahal. Setelah menunggu lama, akhirnya beberapa makanan kita cancel, dan memilih makan indomie yang bisa dipesan di hotel. Bener-bener ga recommended!

Hari Kedua (Belitung Utara)

  • Pukul 8 pagi, berangkat menjelajah Belitung Utara yang kaya akan pulau-pulaunya. Jarak antara hotel dan tempat tujuan, sekitar 27 km.
  • Tiba di Pantai Tanjung Kelayang, langsung sewa kapal untuk menjelajah pulau. Pulau Batu Berlayar, Pulau Burung, dan Pulau Lengkuas. Semua pulau ini letaknya berdekatan. Tiga puluh menit kemudian, gw tiba di Pulau Lengkuas. Sepertinya, ini satu-satunya pulau yang ramai pengunjung. Di sini ada mercusuar. Pengunjung diperbolehkan naik ke atas untuk melihat keindahan sekitar.
  • Bermain-main, foto-foto, snorkelling, dan makan siang di Pulau Lengkuas.
Bintang laut kecil di Pulau Lengkuas
  • Bosan bermain-main, kita pergi ke Pulau Pasir. Pulau Pasir ini hanya ada ketika laut surut. Sebenernya, kurang layak bila disebut pulau. Cuma daratan berpasir yang lebarnya kurang lebih 8m x 3m. Uniknya, di Pulau Pasir ini, sering ada bintang laut besar yang terdampar. Kita pun snorkeling mencari bintang laut, dan foto-foto.
Keponakan gw ga mau melepaskan bintang laut kesayangannya
  • Pukul 4 sore, kita kembali ke Pantai Tanjung Kelayang dengan badan basah kuyup karena kehujanan.
  • Setelah membersihkan badan dan ganti baju, gw melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi (15 menit dari Pantai Tanjung Kelayang). Di sinilah salah satu tempat syuting Laskar Pelangi, di mana banyak batu-batu berukuran raksasa!
Batu-batu raksasa

  • Makan seafood yang lezat di sekitar pantai dan pulang ke hotel.

Hari Ketiga (Belitung Timur)

  • Mampir ke kota Manggar (1 jam dari Belitung Induk), yang juga dikenal sebagai Kota 1001 Warung Kopi. Nyicipin kopi hitam, kopi susu, dan teh susunya. Berhubung gw bukan pecinta kopi sejati, gw rasa kopinya ga ada bedanya dengan kopi-kopi yang lain. Herannya, warung-warung kopi sejenis ini ramai pengunjungnya! Padahal mereka cuma pesen kopi segelas, dan ngobrol-ngobrol sambil ngerokok.
  • Tiga puluh menit kemudian, gw tiba di Vihara Dewi Kwan In dan Vihara Sun Go Kong yang letaknya berdekatan. Gw pun meluangkan waktu untuk berdoa sebentar.
  • Mencicipi mie Bangka di depan vihara.
  • Mampir ke Museum Kata Andrea Hinata, museus sastra pertama di Indonesia yang dibangun oleh penulis novel Laskar Pelangi. Museum ini letaknya tidak jauh dari Vihara.
Museum Kata

  • Mengunjungi replika SD Muhammadiah yang terkenal karena film Laskar Pelangi.
  • Mengintip Bendungan Pice, bendungan arsitektur Belanda. Kenapa ngintip? Karena saat gw ke sana, bendungan ini sedang dalam perbaikan. Jadi kita hanya mengintip saja dari jarak yang cukup jauh.
  • Balik ke hotel untuk beristirahat.

Hari Keempat (Belitung Induk)

  • Bermain di wisata alam Batu Mentas, 30 menit dari hotel. Di sini, gw melihat hewan khas Belitung: Tarsius! Hanya saja, gw sedikit kecewa di sini. Konon katanya, kita bisa bermain River Tubing dan Flying Fox. Tapi pas gw ke sana, kedua permainan ini ditutup sementara dikarenakan air yang tidak begitu banyak dan arus yang tidak begitu deras saat musim kemarau. Terus, apa hubungannya air sama Flying Fox? Gw juga ga tahu. Akhirnya, gw pun jungle tracking dan main di sungai sendiri.
Foto sebelum jungle tracking dan main di sungai
  • Hunting durian khas Belitung, rasanya manis dan enak!
  • Mengitari kampung nelayan. Melihat-lihat rumah nelayan yang ternyata kaya-kaya. Karena sebagian besar dari mereka sudah punya motor dan mobil sendiri.
  • Makan malem dan balik ke hotel untuk beristirahat.

Hari Terakhir (Belitung Induk)

  • Berbelanja oleh-oleh di toko oleh-oleh.
  • Mampir ke museum Belitung. Di sana terdapat barang-barang jaman dulu, dari batu-batuan, kapal, piring porselen, pedang, tombak, perisai, sampai uang kertas jaman dulu. Dan ternyata di dalamnya ada biawak, rusa, buaya, ular, ayam, burung, dan sejenis musang (gw ga tau apa namanya)
  • Mampir ke warung kopi Kong Ji. Rasa kopi di sini berbeda dengan kopi yang gw cobain di Manggar. Yang di sini lebih pahit. Kata koko gw sih, kopi di sini rasanya mirip seperti kopi Luwak.
  • Makan siang di Belitong Timpo Duluk dan menuju bandara. Restoran yang ini bener-bener sangat recommended.

Keliatannya menyenangkan, kan? Padahal biasa aja. Serius, deh. Belitung memang bagus. Tapi ga se-wah yang diiklankan. Sopir dari travel agent nya pun bilang, kalo apa yang tertulis di Internet itu berlebihan. Bahkan banyak client nya yang kecewa. Yang puas hanya client bule saja, karena bule di drop ke pantai doank, dia udah seneng seharian berjemur di sana. Berikut beberapa alasannya:
  • Orang-orang Belitung kurang ramah, apalagi encim-encim yang jualan di toko-toko. Beda sama orang-orang Jawa yang ramah-ramah pada pengunjung. Ini mah, ada pengunjung masuk, tampangnya ga ada senyum-senyumnya.
  • Fasilitas Belitung kurang memadai. Memang, pantainya indah. Namun sayang, gw minta kacamata snorkel untuk mata minus pun, mereka ga punya.
  • Kurangnya rumah makan ataupun toko roti. Gw selalu merasa kesulitan cari makan. Entah karena memang musim lebaran atau apa, tiap rumah makan pasti penuh. Tiap kita nanya 'Masih buka atau ga? Menu apa yang masih ada?', jawabannya: 'Makanan, sih ada. Tapi kayanya ga bisa terlayani. Pesanan masih banyak, kita kurang orang.' 
  • Orang-orang Belitung cenderung malas dan lama bila bekerja, sehingga waktu kita sering terbuang untuk menunggu yang ga jelas. Hal ini gw masih bisa memaklumi, berhubung edukasi mereka yang kurang baik. Orang-orang yang cerdas biasanya cenderung keluar dari Belitung.
  • Hotelnya pun fasilitasnya sangat kurang. Satu-satunya hotel yang kata sopir travel agent nya cukup bagus di Belitung adalah Hotel Ast*n. Sayangnya, hotel itu sudah penuh 2 bulan sebelum gw ke Belitung. Jadilah gw menginap di Hotel Pondok Imp*an 2. Pelayanannya lelet, listrik bisa mati 3x dalam 15 menit. Sampai-sampai mereka menyewa orang yang khusus ngeliatin sekring listrik. Udah gitu, breakfast nya pun cuma Nasi Goreng atau Nasi Kuning dan Indomie Goreng atau Bihun tiap hari. Pernah sekali, jam 8 pagi, breakfast sudah habis. Minta telur mati sapi pun, harus bayar ekstra.
Menurut gw, soal fasilitas, Belitung masih ketinggalan jauh dibanding Bali. Butuh waktu untuk bisa go international seperti Bali, walaupun pantai-pantainya sebenernya ga kalah bagus sama Bali, Gili, dan Lombok.

Semoga bisa terus ditingkatkan kualitasnya ^^
Thursday, August 1, 2013

Jalan-Jalan Terus: Summer Paradise, Redang Island!


Redang Island, Kuala Terengganu, Malaysia
Nature never fails to amaze me. Getaway ke pantai itu, salah satu favorite gw. Dari bersantai-santai di bawah sinar matahari sore, berfoto-foto dengan pose super kreatif, main voli pantai, main pasir, lari-lari di pasir, kayak, bahkan snorkel ataupun dive, gw enjoy

Kayak
Run, girl, run!
Redang... terletak di perairan Laut China Selatan, salah satu dari sembilan pulau yang membentuk taman laut Terengganu, 45 menit naek kapal dari Kuala Terengganu. Walau untuk akses ke sini sedikit ribet karena ga ada direct flight, pantai ini bener-bener AMAZING. Bener-bener worth buat dikunjungin. Kenapa gw bilang gitu?
  • Airnya jernih. Banget! Banget!
  • Pasirnya bersih. Banget!
  • Sekeliling pantai juga bersih, nyaris ga ada sampah.
  • Harga masih terjangkau, walau termasuk sedikit mahal (khususnya akomodasi).
  • Nyemplung ke air, jalan 5 meteeerr aja, udah langsung bisa snorkel liat ikan warna-warni.
  • Ah, pokoknya, it's just simply AMAZING.
Cuma satu yang disayangkan, banyak dead coral di tepi pantainya. 

----------

Kalo nyari aktivitas-aktivitas extreme kaya jet ski, surfing, flying fish, para sailing, jangan harap bisa ketemu di Redang. Ibarat musik, Redang ini genre nya Jazz Pop. Slow, bikin ngantuk relax.


Beberapa temen gw ada yang nanyain, Bali vs. Redang bagusan mana? Jawaban gw, mereka beda genre. Pantai Kuta, surfers' heaven; Tanjung Benoa, water sports center. Pantai-pantai di Bali rata-rata berombak besar dan cocok untuk extreme sport. Jadi wajar aja kalo airnya ga jernih. Tapi kalo soal pemeliharaan, Bali masih kalah jauh.

Desember tahun lalu, gw liburan ke Bali. Sedikit kecewa melihat pantainya. sampah di mana-mana. Tukang jualan juga di mana-mana, bahkan tukang jualannya terkadang maksa-maksa orang beli, sampe kita jalan ke mana-mana pun, mereka ikutin.

Di Redang, gw bahkan ga lihat satu orang pun yang jualan di pantai. Cuma ada satu tempat kaya warung yang sedikit lebih elite, kira-kira 10 meter dari pantai, ngejual barang-barang dari snack, minuman, sabun, shampoo, souvenir, sampe goggle. Harganya memang lebih mahal sedikit dari harga normal, tapi masih makes sense dan terjangkau, kok. Kalo mau cari souvenir yang lebih beraneka ragam, belinya di Terengganu, sebelum nyebrang ke pulau Redang atau pas pulang arah balik ke bandara.

Di sini peraturannya juga lebih strict. Semua barang laut ga boleh diambil. Termasuk pasir. Hah?? Pasir? Iya, pasir di pantai itu! Kalo sampe ketahuan ngambil barang-barang laut, walaupun hanya sekedar pasir, didenda RM 20 ribu (sekitar 62 juta rupiah) per barang, atau 2 tahun penjara. 

Balik lagi ke topik liburan gw, gw ikut paket liburan yang udah termasuk 3 sesi snorkeling. Satu jam setiap sesi. Sesi pertama, deep sea snorkeling di Pasir Akar. Maksudnya deep sea snorkeling, berarti kita turun dari kapal di tengah laut dan lebih banyak ngeliat coral dibanding ikan. Tips buat yang mau deep sea snorkeling, kalo bisa pake sepatu buat snorkeling, biar kalo nginjek karang ga sakit dan luka-luka. Cuma ya, sebisa mungkin, jangan sampe deh kita nginjek karang. Butuh waktu puluhan tahun lho buat mereka nambah beberapa centimeter :D.

Marine Park
Keesokan paginya, sesi kedua, snorkeling di Marine Park. Di sini, kita diturunin di pantai. Jadi bagi yang ga mau ikut snorkel, bisa duduk-duduk di pinggir pantai sambil makan snack. Marine Park, ikannya jauh lebih beraneka ragam. Buat gw, snorkeling kali ini jauh lebih menarik dibanding sesi kemarin. Banyak yang bawa roti sendiri buat ngasih makan ikan. Cuma kadang-kadang, para ikan suka ngasal dan gigit yang lain-lain selain roti. Berkali-kali jari dan pundak gw digigitin ikan yang ga bisa bedain mana roti sama mana daging manusia.

Sorenya, seharusnya sesi snorkeling yang ketiga, yang juga deep sea snorkeling, hanya tempatnya saja berbeda. Snorkeling sesi ketiga ini gw ga ikut, diganti dengan sesuatu yang jauh lebih menarik. Yup, diving!

Di Redang, untuk kedua kalinya gw diving. Again, no license needed, karena memang untuk beginner. Jauh lebih dalam dari yang sebelumnya gw dive di Bali, mungkin ini sekitar 8 meter. Kali ini, kondisi gw lebih fit. Scenery pun lebih bagus karena airnya yang jauuuhhh lebih jernih. Berbekal instruksi yang sama, 30 menit menikmati pemandangan bawah laut tetap bikin gw takjub. Crystal clear water, colorful fish, live, amazing. Luka-luka kegores karang pun ga kerasa. Ke Redang kalo belom diving, rasanya belom komplit!!
Yes, second time diving :D
Can you spot Nemo?
Selain foto-foto, gw juga punya video biar para pembaca bisa ikut menikmati keindahan alam bawah laut Redang. Di akhir-akhir, ada belut laut dan hewan yang mirip buaya kecil (gw ga tau namanya) yang menambah keanekaragaman laut Redang. Enjoy!


Snorkeling sama diving enakan mana? Tergantung diliat dari segi apa dulu. Diving, jelas lebih mahal, lebih ribet karena harus pake ini itu. Belom lagi harus bawa-bawa tabung oksigen 15kg. Tapi, kalo kondisi gw fit, gw prefer diving. Lebih puas! Ibaratnya, udah terlanjur basah, ya, nyemplung sekalian. Hehehehe... Dan, entah kenapa, snorkeling kelamaan terapung-apung kena ombak, di bawah terik sinar matahrai, bikin gw pusing. Duh!

Anyway, buat semuanya, gw tau ini sedikit kecepetan. Selamat hari lebaran, mohon maaf lahir batin bagi yang merayakan. Dan selamat berlibur bagi yang liburan!

"In every walk with nature one receives far more than he seeks."  (John Muir)
Monday, January 7, 2013

Jalan-Jalan Terus: Nice to Meet You, Nemo :D

"Kalo mau diving ga perlu bisa berenang, ga perlu license juga karena akan dibarengin instruktor, yang penting bisa nafas. Pokoknya, bisa nafas aja cukup!" gitu kira-kira kata instruktor diving pas gw  nanya boleh ga gw diving tanpa license di Tanjung Benoa, Nusa Dua , Bali.

Dalam hati gw sedikit lega, udah lama gw pengen cobain diving. Dan sekarang one of my wishes bakal terwujud! Gw bisa nafas, bisa berenang lagi, berarti gw bisa diving. Yay!

Ga pake lama, kita langsung disuruh ganti diving suit, mencoba diving goggle dan sepatu katak. Setelah semua udah pas, kita naek ke kapal. Di tengah perjalanan, instuktor langsung ngasih briefing.

"Sewaktu di air, kita ga bisa ngomong. Jadi mesti pake kode-kode. Kalo begini, artinya ok," kata instruktor nya sambil memeragakan simbol ok dengan tangannya. "Kalo begini, artinya ada masalah. Yang ini artinya naik ke atas, terus kalo mau turun ke bawah, kasih kode ini," lanjutnya panjang lebar sambil tetap memperagakan beberapa kode-kode yang perlu kita ingat.

"Nanti di dalam air, tarik napas pake mulut, menghembuskan napas juga pake mulut. Begini cara pake selang oksigen nya. Kalian bakal kasih waktu 1  menit buat membiasakan napas dulu. Jadi ga perlu khawatir," lanjutnya lagi sambil memperagakan cara bernapas yang baik dan benar dalam air.

"Gimana, ada pertanyaan?"

Gw, koko gw dan adek gw cuma manggut-manggut aja. Sounds easssyyyy. Kalo mau diving yang penting bisa napas, kan? :P

"Karena kalian semua masih pemula, jadi kita ga bakal menyelam terlalu dalem. Paling sekitar 5 meter aja. Semua first timer, kan?" tanyanya yang disambut dengan anggukan kita bertiga.

"Oke. Terus gimana kalo air nya masuk ke mulut? Gimana kalo kacamatanya kemasukkan air? Gimana kalo telinganya tiba-tiba sakit? Tenang! Jangan panik. Kalo kalian panik, bisa-bisa air yang masuk malah makin banyak."

Kemudian si instruktor memberikan solusi-solusi apa yang mesti kita lakuin kalo salah satu dari permasalahan di atas terjadi.

Gw mulai deg-deg an. Sekarang mungkin gw ngerti dan tenang-tenang aja. Tapi kalo dalam air gw panik dan lupa semua gimana?

Tanpa terasa, kita udah sampe di spot buat diving. Setelah make goggle dan sepatu katak, kita turun untuk latihan napas.

Baru gw coba buat gigit selangnya, langsung gw keluarin dan berasa mau muntah. Selangnya berasa asin, udah kecampur sama air laut. Yuckkss. Ditambah lagi gw agak mabok laut dikarenakan kapal yang terus bergoyang-goyang.

Latihan napas selama dimulai. Awal-awal gw berasa kaya gw lagi di ruang sauna, narik napas beberapa kali, ga berasa ada udara masuk. Sekarang gw baru ngerti kenapa tadi ada tulisan orang asma ga boleh diving. Sama seperti larangan yang pernah gw baca di ruang sauna. Tapi gw cuek-cuek aja, sambil meyakinkan diri kalo gw bakal bisa napas dan asma gw ga bakal kambuh.

Dan yeah, satu menit kemudian, gw udah mulai bisa beradaptasi. Emang napasnya ga selega kaya gw napas pake hidung di ruangan terbuka. Tapi selama gw masih ngerasa bisa napas, gw oke-oke aja.

Perlahan-lahan, gw dibimbing turun ke dasar. Beberapa kali si instruktor menanyakan apa ada masalah buat memastikan kalo gw siap dan baik-baik aja. Gw mulai excited sendiri ngeliat ikan warna-warni di dalam air, dengan berbagai macam ukuran, menyantap roti di tangan gw. Berkali-kali gw mau tangkep tuh ikan, tapi ga pernah dapet.

So far so good sampe tiba-tiba gw inget: Gw baru sembuh dari pilek, dan gw masih batuk-batuk! To make things worse, menarik napas lewat mulut bikin tenggorokan kering. GAWAT! Tenggorokan gw jadi gatel banget, GW MAU BATUK GIMANA CARANYA?! Gw panik sendiri. Kayanya ga bisa deh batuk sambil monyong-monyong dan pake selang. Bisa ga ya, bisa ga ya? Mana kalo udah batuk susah berhentinya pula, ditambah lagi tenggorokan kering begini. Kalo airnya sampe masuk ke mulut terus gw jadi makin panik, keselek, ga bisa napas, terus gw mati gimana?

Gw makin panik. Gw mulai kasih sinyal kalo ada masalah. Dia malah kasih sinyal lain nanya ada masalah apa. Gw bingung mesti jawab apa. Gw mencoba menirukan gaya orang batuk. Tapi sepertinya dia ga ngeh. Arrgghh, gw lupa nanya kalo mau batuk mesti kasih sinyal apa (yang pastinya ga ada karena kalo mau diving mesti sehat). Dalam kepanikan, gw tarik napas dalem-dalem, tahan napas sambil berharap tenggorokan gw bersahabat sedikit, terus gw kasih kode kalo gw mau ke atas bentar.

Instruktor gw masih kebingungan. Pas dia lagi menghampiri gw, eeehh, ternyata gw ga jadi batuk. Cara gw berhasil! Harapan gw terkabul!! *lebay*. Tenggorokan gw udah bersahabat. Akhirnya gw kasih kode gw ga jadi ke atas pluusss kode kalo gw oke, sambil lanjut berusaha nangkep ikan nemo yang dari tadi kaya nantangin gw: "Catch me if you can", yang akhirnya difficulty-nya diturunin jadi "Touch me if you can" karena gw frustasi ga bisa-bisa :P.

Berhubung si Nemo susah ditangkep disentuh, gw memutuskan mau pegang ikan lain yang berukuran lebih besar. Belum ada satupun ikan yang berhasil gw sentuh, si instruktor udah nyolek gw dan ngasih kode kalo udah waktunya ke atas. Gw pun dibimbing naik dan balik ke pinggir pantai.

Sampe di pinggir pantai, koko gw langsung minum air putih banyak-banyak sambil ngomel-ngomel kalo mulutnya masih berasa asin gara-gara nelen air laut. Katanya, dia ga bisa ga ketawa pas ngeliat adek gw yang dodolnya bukan maen, malah nyodorin roti buat ikan ke depan mulutnya. Dan karena dia lupa apa yang harus dilakukan kalo mulut kemasukkan air, dia memutuskan buat nelen semua airnya aja. Seeee, kalo panik lupa semua, kaann? Hahahahahaha... :P

----------

That was supeerrr FUN! Dan kalo suatu saat gw ada kesempatan buat diving lagi, gw bakal inget baik-baik dan memastikan diri gw SEHAT sebelum diving :P


...And hey Nemo, nice to meet you. 
Don't worry, I'll catch  touch you someday :D

Friday, January 4, 2013

Jalan-Jalan Terus: Island of Gods, Island of Peace, Island of Love, BALI

Malu deh gw kalo ditanya temen-temen gw di sini: "Lu orang Indo, kok ga pernah ke Bali?"
Dan akhirnyaaaaa.. kesampean juga gw mau ke Bali setelah beberapa kali batal :D

Pas gw bilang gw mau liburan di Bali 8 hari, temen-temen gw pada melongo. DELAPAN HARI? Ga kelamaan? Tapi pas gw ngejalaninnya, delapan hari itu berasa cepet banget.

Berbekal Internet dan Google (dan hal-hal lain yang menunjang, namun kurang penting untuk disebutkan, seperti listrik, internet operator, laptop, handphone, lampu, dll, dkk, dsb, etc), gw akhirnya membuat private tour sendiri :D

Awal-awal, kita muter-muter di Kuta doank. Kalo minjem istilah mahasiswa, ini masa orientasi alias pengenalan lingkungan. Dalam masa ini, gw mencoba memahami adat Bali yang cukup kental serta agama Hindu yang dianut oleh mayoritas penduduk Bali, nyobain makanan khas Bali: Ayam Betutu, sekaligus makan makanan Indonesia lain yang bikin gw kangeeennn beraaatt.

Soal harga, jangan ditanya. Kuta itu udah kaya luar negeri. Jimbaran, apalagi. Malem pertama, gw makan di pinggir pantai Jimbaran. Bayangin deh: Malem-malem, remang-remang, angin sepoi-sepoi, terdengar suara ombak dan iringan lagu pengamen elite (karena mereka 1 geng dan bisa nyanyi lagu barat). Romantis? Big NO NO! Coba pikir lagi! Gimana bisa makan kalo remang-remang? Yang ada mata gw harus melotot susah payah buat motongin ikan dan udang, sampe-sampe nyalain senter Blackberry karena cahaya lilin ga cukup. Belom lagi rambut gw ke mana-mana karena anginnya gede. Udah gituuu.. liat harganya pas bayar: PINGSAN!

Pantai Kuta, tempatnya surfing dan sekedar nyemplung maen ombak! Sayangnya, ga begitu bersih. Mungkin karena saat itu lagi masa-masa rame. Desember gitu lhooo...! Konon, temen-temen gw bilang banyak bule-bule telanjang di sana. Tapi pas gw ke sana, gw ga ngeliat satu pun bule yang telanjang, kecuali anak kecil. Tapi kalo yang pake two pieces, banyaaakkk!

Setelah masa orientasi selesai, kita mulai keliling menjelajah Bali dengan bermodalkan mobil murah sewaan dan Blackberry sebagai GPS. Mengunjungi pantai satu ke pantai lain, pura satu ke pura lain (yang menurut gw keliatannya ga beda jauh semua), Tanah Lot, Danau Beratan (seperti gambar di uang Rp 50.000,- an) di Bedugul, Lovina (tempat liat lumba-lumba di tengah laut), Trunyan Village, Gunung Batur dan Danau Batur di Kintamani.

Danau Beratan, Bedugul

Soal Trunyan Village, pernah denger kan? Letaknya di Danau Batur. Katanya, di situ ada acara pemakaman yang cukup unik. Orang-orang desa situ kalo meninggal, digeletakin gitu aja di suatu tempat, tapi disusun rapi. Udah gitu, walau dibiarkan berhari-hari pun tidak berbau busuk karena ada pohon Taru Menyan yang harum dan bisa menetralisir bau mayat.

Sayangnya, gw ga ke sana. Karena cuaca lagi hujan, dan harganya yang ga kira-kira. Satu boat kecil ke sana, bolak-balik yang perjalanannya ga sampe setengah jam aja, harganya 600 ribu. Bener-bener PEMERASAN! Udah gitu, kata temen gw, dibilang ga bau juga ga. Tetep ada bau-bau mayatnya, tapi emang ga begitu menusuk.

Perjalanan dari Kuta ke Kintamani (Bali Timur), kira-kira 4 jam. Cuma kalo macet bisa lebih lama, apalagi kalo di tengah jalan mampir kiri kanan. Di sekitar sini, makanan ga mahal kaya Kuta atau Jimbaran, harga lokal, ga ada acara nyaris pingsan pas bayar. Dan Bali Timur bukan pantai, makanya hawanya dingin.

Setelah selesai menjelajah Bali Timur, gw balik lagi ke Kuta, berhubung airport nya deket banget ama hotel gw di Kuta. Mendekati hari-hari kepulangan, gw ke Tanjung Benoa di Nusa Dua terus belanja oleh-oleh di Pasar Krisna.

Overall, tempat favorit gw itu Tanjung Benoa - Nusa Dua. Kenapa? Soalnya pantainya lumayan bersih. Ga banyak orang seperti Kuta. Tanjung, pusatnya water sport alias olahraga air, cuma ombaknya ga cocok buat surfing. Pas gw ke sana, ga ada orang-orang berenang atau main ombak seperti di Kuta. Di sini lebih tenang, lebih sepi, lebih bersih, lebih alami. Di sini juga, pertama kali nya juga gw diving dan main flying fish :D.

Terus, kalo udah sampe Tanjung, jangan lupa dateng ke Turtle Island. Cuma naik kapal 10 menit kok. Emang kecil sih tempatnya, tapi menurut gw, worth it buat dikunjungin.

Turtle Island, Tanjung Benoa

Finally, Merry Christmas and Happy New Year 2013 everyone... *telat banget* :D