Lebaran kemarin, gw menyempatkan diri liburan di kota kelahiran Bapak Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal Pak Ahok. Yap, Belitung!
Dari segi transportasi, sebenernya sedikit sulit menuju ke tempat ini. Hanya sedikit pesawat yang menyediakan layanan direct flight dari Jakarta ke Tanjung Pandan (Belitung). Gw bahkan ga menemukan pesawat yang terbang non stop dari Kuala Lumpur ke Tanjung Pandan.
Sesampainya di bandara yang super kecil itu, gw langsung dijemput oleh sopir dari salah satu travel agent. Biaya sewa mobil beserta sopirnya 750 ribu rupiah per hari. Mobilnya lumayan besar, muat untuk 9 orang beserta barang-barangnya.
Satu hal yang gw salutin dari Belitung: jalanannya bagus dan mulus! Hebatnya lagi, ga ada satu pun tukang parkir dan pengemis di sini! Terus denger-denger, Belitung ini menjadi salah satu kota teraman di Indonesia, lho! Thumbs UP!
Anyway, Berbekal research online plus sedikit ke-sotoy-an, berikut daftar perjalanan gw selama di Belitung:
Hari Pertama (Belitung Induk)
- Nyampe di bandara udah sore akibat pesawat delay, langsung check-in hotel dan beristirahat sejenak. Hotel gw berlokasi di Tanjung Pandan, Belitung Induk, kira-kira 30 menit dari bandara.
- Makan siang yang udah kesorean di KFC.
- Menuju Danau Kaolin (15 menit dari hotel).
|
Danau Kaolin |
- Bermain-main di Pantai Tanjung Pendam sekaligus melihat sunset (dekat hotel).
|
Kamehameha di Pantai Tanjung Pendam |
- Makan malem di D*nasty Cafe, yang pelayanannya sangat lama dan harganya mahal. Setelah menunggu lama, akhirnya beberapa makanan kita cancel, dan memilih makan indomie yang bisa dipesan di hotel. Bener-bener ga recommended!
Hari Kedua (Belitung Utara)
- Pukul 8 pagi, berangkat menjelajah Belitung Utara yang kaya akan pulau-pulaunya. Jarak antara hotel dan tempat tujuan, sekitar 27 km.
- Tiba di Pantai Tanjung Kelayang, langsung sewa kapal untuk menjelajah pulau. Pulau Batu Berlayar, Pulau Burung, dan Pulau Lengkuas. Semua pulau ini letaknya berdekatan. Tiga puluh menit kemudian, gw tiba di Pulau Lengkuas. Sepertinya, ini satu-satunya pulau yang ramai pengunjung. Di sini ada mercusuar. Pengunjung diperbolehkan naik ke atas untuk melihat keindahan sekitar.
- Bermain-main, foto-foto, snorkelling, dan makan siang di Pulau Lengkuas.
|
Bintang laut kecil di Pulau Lengkuas |
- Bosan bermain-main, kita pergi ke Pulau Pasir. Pulau Pasir ini hanya ada ketika laut surut. Sebenernya, kurang layak bila disebut pulau. Cuma daratan berpasir yang lebarnya kurang lebih 8m x 3m. Uniknya, di Pulau Pasir ini, sering ada bintang laut besar yang terdampar. Kita pun snorkeling mencari bintang laut, dan foto-foto.
|
Keponakan gw ga mau melepaskan bintang laut kesayangannya |
- Pukul 4 sore, kita kembali ke Pantai Tanjung Kelayang dengan badan basah kuyup karena kehujanan.
- Setelah membersihkan badan dan ganti baju, gw melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi (15 menit dari Pantai Tanjung Kelayang). Di sinilah salah satu tempat syuting Laskar Pelangi, di mana banyak batu-batu berukuran raksasa!
|
Batu-batu raksasa |
- Makan seafood yang lezat di sekitar pantai dan pulang ke hotel.
Hari Ketiga (Belitung Timur)
- Mampir ke kota Manggar (1 jam dari Belitung Induk), yang juga dikenal sebagai Kota 1001 Warung Kopi. Nyicipin kopi hitam, kopi susu, dan teh susunya. Berhubung gw bukan pecinta kopi sejati, gw rasa kopinya ga ada bedanya dengan kopi-kopi yang lain. Herannya, warung-warung kopi sejenis ini ramai pengunjungnya! Padahal mereka cuma pesen kopi segelas, dan ngobrol-ngobrol sambil ngerokok.
- Tiga puluh menit kemudian, gw tiba di Vihara Dewi Kwan In dan Vihara Sun Go Kong yang letaknya berdekatan. Gw pun meluangkan waktu untuk berdoa sebentar.
- Mencicipi mie Bangka di depan vihara.
- Mampir ke Museum Kata Andrea Hinata, museus sastra pertama di Indonesia yang dibangun oleh penulis novel Laskar Pelangi. Museum ini letaknya tidak jauh dari Vihara.
|
Museum Kata |
- Mengunjungi replika SD Muhammadiah yang terkenal karena film Laskar Pelangi.
- Mengintip Bendungan Pice, bendungan arsitektur Belanda. Kenapa ngintip? Karena saat gw ke sana, bendungan ini sedang dalam perbaikan. Jadi kita hanya mengintip saja dari jarak yang cukup jauh.
- Balik ke hotel untuk beristirahat.
Hari Keempat (Belitung Induk)
- Bermain di wisata alam Batu Mentas, 30 menit dari hotel. Di sini, gw melihat hewan khas Belitung: Tarsius! Hanya saja, gw sedikit kecewa di sini. Konon katanya, kita bisa bermain River Tubing dan Flying Fox. Tapi pas gw ke sana, kedua permainan ini ditutup sementara dikarenakan air yang tidak begitu banyak dan arus yang tidak begitu deras saat musim kemarau. Terus, apa hubungannya air sama Flying Fox? Gw juga ga tahu. Akhirnya, gw pun jungle tracking dan main di sungai sendiri.
|
Foto sebelum jungle tracking dan main di sungai |
- Hunting durian khas Belitung, rasanya manis dan enak!
- Mengitari kampung nelayan. Melihat-lihat rumah nelayan yang ternyata kaya-kaya. Karena sebagian besar dari mereka sudah punya motor dan mobil sendiri.
- Makan malem dan balik ke hotel untuk beristirahat.
Hari Terakhir (Belitung Induk)
- Berbelanja oleh-oleh di toko oleh-oleh.
- Mampir ke museum Belitung. Di sana terdapat barang-barang jaman dulu, dari batu-batuan, kapal, piring porselen, pedang, tombak, perisai, sampai uang kertas jaman dulu. Dan ternyata di dalamnya ada biawak, rusa, buaya, ular, ayam, burung, dan sejenis musang (gw ga tau apa namanya)
- Mampir ke warung kopi Kong Ji. Rasa kopi di sini berbeda dengan kopi yang gw cobain di Manggar. Yang di sini lebih pahit. Kata koko gw sih, kopi di sini rasanya mirip seperti kopi Luwak.
- Makan siang di Belitong Timpo Duluk dan menuju bandara. Restoran yang ini bener-bener sangat recommended.
Keliatannya menyenangkan, kan? Padahal biasa aja. Serius, deh. Belitung memang bagus. Tapi ga se-wah yang diiklankan. Sopir dari travel agent nya pun bilang, kalo apa yang tertulis di Internet itu berlebihan. Bahkan banyak client nya yang kecewa. Yang puas hanya client bule saja, karena bule di drop ke pantai doank, dia udah seneng seharian berjemur di sana. Berikut beberapa alasannya:
- Orang-orang Belitung kurang ramah, apalagi encim-encim yang jualan di toko-toko. Beda sama orang-orang Jawa yang ramah-ramah pada pengunjung. Ini mah, ada pengunjung masuk, tampangnya ga ada senyum-senyumnya.
- Fasilitas Belitung kurang memadai. Memang, pantainya indah. Namun sayang, gw minta kacamata snorkel untuk mata minus pun, mereka ga punya.
- Kurangnya rumah makan ataupun toko roti. Gw selalu merasa kesulitan cari makan. Entah karena memang musim lebaran atau apa, tiap rumah makan pasti penuh. Tiap kita nanya 'Masih buka atau ga? Menu apa yang masih ada?', jawabannya: 'Makanan, sih ada. Tapi kayanya ga bisa terlayani. Pesanan masih banyak, kita kurang orang.'
- Orang-orang Belitung cenderung malas dan lama bila bekerja, sehingga waktu kita sering terbuang untuk menunggu yang ga jelas. Hal ini gw masih bisa memaklumi, berhubung edukasi mereka yang kurang baik. Orang-orang yang cerdas biasanya cenderung keluar dari Belitung.
- Hotelnya pun fasilitasnya sangat kurang. Satu-satunya hotel yang kata sopir travel agent nya cukup bagus di Belitung adalah Hotel Ast*n. Sayangnya, hotel itu sudah penuh 2 bulan sebelum gw ke Belitung. Jadilah gw menginap di Hotel Pondok Imp*an 2. Pelayanannya lelet, listrik bisa mati 3x dalam 15 menit. Sampai-sampai mereka menyewa orang yang khusus ngeliatin sekring listrik. Udah gitu, breakfast nya pun cuma Nasi Goreng atau Nasi Kuning dan Indomie Goreng atau Bihun tiap hari. Pernah sekali, jam 8 pagi, breakfast sudah habis. Minta telur mati sapi pun, harus bayar ekstra.
Menurut gw, soal fasilitas, Belitung masih ketinggalan jauh dibanding Bali. Butuh waktu untuk bisa
go international seperti
Bali, walaupun pantai-pantainya sebenernya ga kalah bagus sama Bali,
Gili, dan
Lombok.
Semoga bisa terus ditingkatkan kualitasnya ^^