Liburan telah usai, udah dari minggu lalu. Cuma baru niat nulisnya sekarang. Hihi..
Sebenernya, ga bisa dibilang liburan juga sih, berkabung lebih tepatnya. Emak (Nenek) gw baru saja meninggal setelah sakit cukup lama. Gw memang kurang begitu mengenal Emak gw ini. Mungkin karena kita tinggal di kota yang berbeda yang jaraknya lumayan jauh. Namun, dari cerita bokap dan nyokap gw, gw tau beliau orang yang sangat baik. Satu yang gw inget, Waktu gw masih kecil, koko gw, gw, dan adek gw memanggil beliau dengan sebutan 'Emak Chiki', katanya sih, gara-gara dulu waktu kita kecil, beliau sering ngasih kita Chiki.
Sebelum dikuburkan, emak gw ditaro di rumah duka selama 3 hari. Di sana, gw banyak belajar hal-hal baru yang gw ga tau sebelumnya, khususnya yang berhubungan dengan rumah duka dan pemakaman. Maklumlah, pertama kalinya ke rumah duka dan pemakaman.
Ada beberapa hal baru yang gw baru 'ngeh'. Agak berbeda sama yang gw tau di film-film Barat. Mungkin ini berdasarkan pengaruh kepercayaan dan tradisi masyarakat Chinese.
- Saat di rumah duka ataupun ke pemakaman, baju yang digunakan adalah baju warna putih polos, bukan hitam seperti yang gw liat di film-film Barat.
- Bila ada yang berkunjung, minimal dua orang dari pihak keluarga yang ditinggalkan, berdiri di kiri dan kanan peti jenazah, membakarkan dupa (bila diperlukan), dan mempersilakan pengunjung berdoa. Setelah pengunjung selesai berdoa, pihak keluarga yang berdiri di samping kiri dan kanan peti, membungkukkan badan memberi hormat serta ucapan terima kasih pada pengunjung.
- Usahakan tidak tidur (kecuali yang bertugas jaga malam) atau berbicara sembarangan di rumah duka.
- Membuat uang-uangan kertas (itu lho, yang dilipat-lipat pake kertas emas, tahu kan?), diusahakan sebelum matahari terbenam. Konon katanya, uang-uangan yang dibuat setelah matahari terbenam itu ga laku.
- Yang merasa ciong (sial, menurut tahun imlek), sebelum tutup peti, tidak boleh melihat jenazah. Kalo tidak ciong, tidak masalah melihat jenazah sebelum masuk peti.
- Saat proses penutupan peti, keluarga dan sanak saudara, atau pengunjung yang berada di situ dilarang melihat, dan harus menghadap ke belakang, membelakangi peti jenazah.
- Sehari sebelum hari pemakaman, satu per satu pihak keluarga yang ditinggalkan diberi bawang putih. Bawang putih ini harus dilemparkan ke kali atau sungai yang mengalir untuk buang sial.
- Hari terakhir di rumah duka, saat peti jenazah akan dimasukkan ke dalam mobil untuk menuju ke pemakaman, keluarga, sanak saudara, ataupun pengunjung dilarang melihat dan harus membelakangi peti jenazah.
- Pada hari terakhir juga, saat keluar dari rumah duka menuju pemakaman, bunyikan klakson mobil ato motor dua kali. Tin, Tin! Pamitan gitu, maksudnya. Jangan mengucapkan kata-kata seperti: dadah, selamat tinggal, sampai jumpa lagi, atau sejenisnya. Katanya supaya kita ga 'kembali' ke situ lagi.
- Bila ikut mengantar ke pemakaman, jangan mendahului mobil jenazah. Konon, kalo kita mendahului mobil jenazah, ntar kita juga bakal 'duluan'.
- Saat peti jenazah diturunkan ke liang lahat, lagi-lagi keluarga harus menghadap ke belakang dan membelakangi peti jenazah.
- Pada saat pemakaman, biasanya ada 'ritual' bagi-bagi rejeki. Masing-masing sanak famili yang ditinggalkan akan diberikan satu bungkus plastik kosong, yang akan digunakan untuk menampung biji-bijian dan koin yang disawer. Semakin banyak mendapat koin dan biji-bijian, konon akan semakin banyak berkahnya.
- Selesai ritual, saat pulang dari pemakaman, jangan melihat ke belakang. Langsung jalan ke mobil ato kendaraan masing-masing. Dan pada saat perjalanan, dilarang putar balik. Walaupun salah jalan, ya jalan terus aja.
Apa lagi ya? Hmm.. seinget gw itu aja deh. Kalo ditanya kenapa kaya gitu?? Gw juga ada yang kurang mengerti, cuma mengikuti instruksi dari petugas rumah duka saja. Paling-paling mereka bilang, supaya ga ciong (sial). Well, selama ga ada ruginya buat gw, gw ikutin aja :).