Wednesday, June 29, 2011

Jalan-Jalan Terus: Swiss, I'm in Love!

Kalo ada yang nanya, negara favorit yang pernah gw kunjungin, jawaban gw adalah negara asal cerita Heidi: Yap, SWISS!! Kenapa?

Pertama, pemandangan alamnya sangaattt indah! Pegunungan Alpen, danau, rumput-rumput, terowongan-terowongan, dan nuansa pedesaan. Binatang-binatang seperti domba, sapi (yang warna hitam putih kaya iklan Nest*e), babi masih banyak dijumpai. Udah gitu, jalannya bersih, udaranya pun bersih!


Pemandangan dari dalam bus. Maklum fotografer amatiran =P


Berbeda seperti desa di Indonesia, orang-orang sana terlihat individualis. Ini tergambar dari susunan rumah penduduk (kebanyakan dari kayu atau bata) yang letaknya saling berjauhan dan tidak teratur. Dalam artian, rumah pertama pintu masuknya di kiri, rumah kedua (jaraknya satu meter dan belum tentu sejajar), pintu masuknya bisa di sebelah kanan. Bahasa gampangnya: bikin rumah suka-suka mereka, mau di mana, pintu mau ditaro di depan, di kiri, di kanan, di belakang, atau ga ada pintunya pun, tetangga ga peduli.



Walau pedesaan, sebenernya penduduk Swiss itu kaya raya! Mereka punya lahan besar-besar dan hanya dibatasi dengan tonggak kayu dan tali. Herannya, sapi dilepas di lahan tanpa pengawasan juga ga bakal ada yang nyolong.

Kedua, banyaknya fakta-fakta menarik dan unik tentang Swiss, yang bikin gw makin suka sama Swiss:
  • Setiap sapi di Swiss memakai klentengan. Maka itu, klentengan sapi bisa menjadi souvenir khas Swiss.
  • Swiss berbatasan langsung dengan Italia, Jerman, dan Perancis. Maka dari itu orang-orang Swiss biasanya bisa bahasa Itali, Jerman dan Perancis. Namun bahasa Inggris juga umum digunakan.
  • Swiss erat hubungannya dengan negara-negara Uni Eropa, namun Swiss masih belum mau bergabung dan mengganti mata uangnya dengan Euro. Walau begitu, Euro pun sering digunakan. Bahkan mesin hitung di kasir pun bisa mengkonversi jumlah yang harus dibayar dari Swiss Franc ke Euro maupun sebaliknya, hanya dengan menekan satu tombol.
  • Karena dikelilingin pegunungan Alpen, Swiss memiliki banyak terowongan yang menembus gunung / bukit. Jumlah terowongan, dari yang pendek sampai yang panjang, mencapai ratusan. Bahkan terowongan terpanjang ketiga di dunia ada di Swiss, yang panjangnya +/- 18 kilometer. Di dalam terowongan, kendaraan tidak boleh berjalan melebihi 80 km/jam. Denger-denger, Swiss membangun terowongan terpanjang di dunia (kira-kira panjangnya 56 km), tapi belom selesai.
  • Di dalam terowongan, setiap beberapa ratus meter, ada telepon darurat dan pintu keluar darurat. Ini berguna kalo sampe terjadi kecelakaan di dalem terowongan. Karena kalo sampe ada kecelakaan, wuiihh, udah maceettt, ga bisa putar balik pula! Paling orangnya doank yang bisa refreshing keluar sebentar lewat pintu exit.
  • Penduduk Swiss hanya sedikit. Bahkan katanya, pemerintah Swiss memberikan uang buat penduduk Swiss yang melahirkan anak, untuk meningkatkan populasi Swiss. Heran ga sih, suasana dingin, damai, tenteram, tapi populasinya sedikit. Ngapain aja ya, orang-orang di sana. Hehehe...
  • Terus, kalo populasinya dikit, gimana kalo diserang / dijajah? Pasti kalah, donk! Eittss, tunggu dulu.. Pemerintah Swiss udah mikirin soal ini. Makanya, SETIAP PENDUDUK SWISS PUNYA SENJATA API dan ini LEGAL. Bahkan mereka diwajibkan mengikuti pelajaran tentang senjata api. Uniknya lagi, setiap tahun diadakan kompetisi menembak agar mereka selalu mahir melindungi diri. Walau begitu, orang-orang Swiss ga sembarangan menggunakan senjata api, mereka orang-orang yang cinta damai.
  • Lebih mengerikan lagi, semua terowongan di Swiss dilengkapi dengan DINAMIT. Apabila ada musuh lewat, sekali tekan tombol, DUAARRRR!! Musuh bisa terperangkap hancur di dalam terowongan!
Swiss bener-bener di luar dugaan, kan? Ga heran lah kalo gw fall in love sama negara satu ini. Hehehe..

Selanjutnya: Swiss, I'm In Love! (Part 2)
Monday, June 27, 2011

Jalan-Jalan Terus: Italy - Milano

Selanjutnya gw ke salah satu kota mode di Eropa Barat selain Inggris dan Paris, yaitu Milano atau yang lebih dikenal dengan Milan.

Kota ini dikenal sebagai kota mode karena shopping di Milan ga kalah lengkap sama di Paris. Bangunan-bangunannya tinggi-tinggi, kotanya juga cantik. Masuk ke pusat shopping-nya udah kaya ke masuk ke mall branded yang super besar (Grand Indonesia kalah deh =P), bedanya ini outdoor.

Temen gw yang suka shopping sampe bela-belain ga makan siang buat shopping (maklum, waktu yang dikasih terbatas, cuma 2 jam). Sedangkan gw ga begitu doyan shopping, cuma ngabisin waktu foto-foto dan main sama burung-burung depan gereja yang terkenal akan pilar-pilarnya: Milan's Duomo Cathedral.

Milan's Duomo Cathedral


Tapi kalo main sama burung-burung di depan Duomo mesti ati-ati. Banyak yang tiba-tiba ngasih jagung ke tangan. Mending kalo ngasihnya baik-baik, ngasihnya MAKSA. Terus ujung-ujungnya dia minta uang 2 euro. Untungnya, temen gw udah wanti-wanti sebelumnya. Jadi pas dia maksa-maksa, gw bisa marah-marahin balik.

Di Eropa Barat, khususnya Italy, banyak burung dara. Malah kemaren di Venice juga banyak burung camar. Gw suka binatang, khususnya burung, jadi gw selalu bawa banyak kue kering di tas (ngambil di hotel pas breakfast =P). Oops, kok ceritanya jadi melenceng ke burung, ya? Hehehe..

Back to topic, Milan itu kota di Italy terakhir yang gw kunjungin. Sebenernya ga ada di jadwal, cuma orang-orang pada mau mampir ke Milan.

Sorenya, langsung menuju Swiss. Barang apa yang terkenal dari Swiss? Yap, jam tangan! Merk nya pun macem-macem: Swatch, B Swiss, Calvin Klein, Guess, Tag Heuer, Tissot, sampe Rolex. Harga pastinya lebih murah dari yang dijual di Indonesia. And yes, kita semua borong jam tangan di Swiss :D.

Negara Swiss cukup unik dan menarik. Buat yang ke Eropa Barat, gw saranin HARUS KE SWISS. Kalo ga nyeseeeeeel deh. Pemandangannya luar biasa!! Selama gw tour ke Eropa ini, Swiss lah favorit gw.

Berhubung gw udah ngantuk, Swiss akan diceritakan di part selanjutnya :)
Sunday, June 26, 2011

Jalan-Jalan Terus: Italy - Venice

Para pencinta film action, pasti pernah nonton 'The Italian Job', kan? Film keren yang satu ini mengambil lokasi syuting di kota Venice, Italy, atau yang lebih dikenal degan nama Venezia.

Duluuu, pas SMP, ada temen gw bilang dia pengen banget ke Venice. Terus dia cerita-cerita tentang betapa indahnya Venice ke gw. Gw cuma dengerin aja, secara gw lebih tertarik ke Australia pegang kangguru (oke, intention-nya ga keren). Tapi ternyata, malah gw duluan yang ke Venice, sedangkan dia sekarang kuliah di Australia. Ah, masa depan memang ga ada yang bisa prediksi.

Venice, yang juga dikenal sebagai Kota Air ini memang keren banget. Transportasi yang umum digunakan di sana pastinya kapal, dari yang pake mesin, sampe perahu kecil yang dayungnya panjang, namanya Gondola (asalnya gw kira 'Gondola' nya Venice itu cable car, lho!). Semua gondola di sana berwarna hitam, dan pengemudinya, disebut: gondolier. Gondolier punya seragam sendiri, yaitu kaos kemeja loreng-loreng hitam putih *mirip kaya Gerombolan Siberat a.k.a burglar*.

Berikut fotonya:
Gimana, mirip ga sama Siberat? =P

Walau bajunya mirip kaya Gerombolan Siberat gitu, tapi ternyata mereka bukan orang sembarangan. Mereka punya SIM Gondolier. Untuk mendapatkan SIM ini, mereka mesti ngerti sejarah kota Venice, terampil berbahasa serta terampil mengemudikan gondola!

Selain gondola, Venice juga terkenal dengan topengnya. Katanya, setiap tahun, diadakan pesta topeng. Makanya souvenir dari Venice kebanyakan adalah gondola dan topeng.

Kota Venice termasuk tempat wisata yang mahal. Bayangkan, toilet umumnya aja sekali masuk harus bayar 1,5 euro sekali masuk (sekitar 20 ribu rupiah)! Tapi tenang, semua bisa diakalin. Caranya, pergi aja ke restoran atau kafe atau toko es krim yang kira-kira punya toilet di dalem (nyarinya agak susah karena jarang ada). Terus beli es krim atau beli minum satu, sambil pura-pura nanyain toilet. And yeah, gw berhasil beli es krim 2 coneplus pinjem toilet buat 3 orang. Udah harganya jauh lebih murah, dapet es krim pula.

Kalo ada yang nyewa hotel di Venice, bisa repot setengah mati, deh. Di mana-mana aiiirrr, keluar satu langkah dari pintu rumah aja udah air. Jadi koper-koper dan barang bawaan lain, termasuk diri sendiri, harus diangkut pake kapal sewa ato water taxi, sebutan taksi di Venice yang berbentuk kapal berukuran sedang. Ribet, kan?

Berjalan kaki di Venice udah kaya nyelusurin labirin besar, yang banyak jembatannya. Untungnya, pusat perbelanjaan terletak di jalan utama kota Venice, jalannya ga ribet, dan ga perlu takut kesasar.

Ada yang pernah liat nomer rumah sampe 4 digit? Venice-lah tempatnya. Rumah-rumahnya warnanya mirip-mirip, dan nomernya sampe ribuan. Gw ga tau nomer rumah paling gedenya berapa, tapi yang jelas sampe di atas 6.000 (ya betul, enam ribu!).
Kota Venice

Begitulah kota Venice, salah satu kota yang unik dan indah, namun berhasil bikin gw mual gara-gara mabok laut.

Kalo disuruh ke sana lagi, gw mikir-mikir dulu, deh. Mabok laut itu ga enak! Hehehe =P
Friday, June 24, 2011

Jalan-Jalan Terus: Italy - Pisa

Masih di Italy, setelah dari Roma dan Vatican, gw menuju ke kota Pisa, kira-kira 3 jam dari Roma. Apalagi yang dilihat kalo bukan Menara miring Pisa.

Sebelum ke Pisa, gw mampir ke restoran lokal khas Italy. Porsinya besaaaaarrr.
  • Menu pembuka: spageti 1 piring besar dan pizza tomato (kira-kira ukuran medium terus dibagi buat 4 orang)
  • Menu utama: Steak ayam / daging sapi / daging babi.
  • Menu penutup: Vanilla Ice cream.
  • Minum: Red Wine sama air putih.

By the way, ini red wine paling enak yang pernah gw minum. Rasanya masih lokal dan bener-bener mantep, ga komersil kaya yang dijual di toko-toko. Sampe-sampe pada minta bawa pulang ditaro di botol minum kosong.

Perlu diketahui, makan di Eropa sama makan di Indonesia itu culture-nya beda. Di Eropa, makan dan makanan itu seni. Makan harus dinikmati, ga boleh buru-buru. Jadi kalo spageti gw ga abis-abis, pelayannya juga ga akan nyajiin makanan selanjutnya, kecuali kalo gw ngomong: 'Sorry, I'm done.'

Terus jangan heran juga kalo tiba-tiba pelayan ato mungkin yang punya restoran nanyain gini:
"Kok makanannya ga diabisin? Rasanya ga enak, ya?"
atau yang lebih aneh lagi, bisa jadi ada yang ngomel-ngomel kalo makannya dikasih sambel sendiri (biasa lah, tipikal orang Indo, sambel sachet-an dibawa ke mana-mana) ato cabe rawit. Menurut mereka, itu merusak 'seni' dan 'citra rasa' makanan.

Walaupun sebagian besar dari mereka udah ngerti, kok, gimana kalo orang Asia makan :).

Balik lagi ke soal Pisa, pada tahu menara miring Pisa, kan? Itu lho yang miring-miring *iyalah, secara namanya menara miring*. Miringnya menara Pisa bukanlah unsur kesengajaan. Awalnya, menara ini berdiri vertikal, namun karena fondasinya ga kuat, jadi miring, deh. Kemiringannya mencapai hampir 5 meter. Tapi, justru karena kemiringannya inilah kota ini jadi terkenal.

Menurut para peramal, kalo menara ini sampai ambruk, Italy pun akan 'ambruk'. Terlepas dari bener atau tidak nya, para ahli konstruksi sebisa mungkin berusaha menahan Pisa supaya ga tambah miring lagi. Terlebih lagi, banyak yang begitu peduli ingin 'meluruskan' Pisa, seperti para turis-turis asing yang berfoto dengan gaya sok-sokan dorong Pisa *termasuk gw juga*. Bahkan para tokoh-tokoh terkenal seperti Popeye, Simpson, dan Snoopy pun turut peduli. Ga percaya? Liat aja gambar kaos-kaos di toko-toko souvenir sekeliling Pisa =P. Lucu-lucu dan kreatif, lho. Gw ga beli sih, jadi ga bisa share gambarnya di sini, soalnya harga kaosnya lebih tinggi dari menaranya, hehe...

Selain baju-bajunya yang lucu dan kreatif, banyak juga souvenir Pinokio. Masih inget Pinokio, kan? Itu lho, boneka kayu hidup, yang idungnya jadi panjang kalo berkata bohong. Nah, cerita Pinokio itu berasal dari kota ini.

Mungkin ada yang penasaran, ngapain gw di menara Pisa? Hmm, berhubung gw orangnya suka ngemil, jadi menara Pisa nya gw incipin dikit :D. Berikut fotonya:


Lumayan sedap, sampe bikin lidah gw kering soalnya anginnya kenceng. Well, silakan ketawa...

Di sekeliling menara Pisa, tidak banyak yang bisa dilihat selain anjing-anjing (inilah enaknya jadi anjing bule, diajakin jalan-jalan ke Pisa), gereja, kios-kios souvenir, dan rerumputan luas.

Di rerumputan, banyak bule-bule berjemur, foto-foto, lari-lari, guling-guling di rumput, loncat-loncat, bahkan maen bola *ck ck ck, persiapannya oke amet tuh...*

Seharian ini cuma maen di sekitar Pisa doank. Maklum, letak Pisa agak terpencil dan lumayan jauh dari Roma. Kalo menara ini ga miring, pasti ga ada yang tau Pisa itu di mana. Sampai di hotel udah jam 8 malem.

Berhubung gw cape dan ngantuk, jadi segini aja dulu deh ceritanya, ga bisa panjang-panjang. Gw lagi sibuk-sibuknya menata ulang kerjaan kantor yang udah amat sangat berantakan gara-gara ditinggal 2 minggu.

Buonanotte :)
Thursday, June 23, 2011

Jalan-Jalan Terus: Italy - Rome

Gw ke Eropa saat musim panas, alias Summer. Walaupun judulnya musim panas, tapi suhu musim panas di sana lebih dingin daripada di Indonesia (sekitar 18-24 derajat Celcius). Waktu musim panas, matahari bersinar cukup lama, kira-kira dari jam 5 pagi sampe jam 9.30 malem. Udah gitu banyak angin, anginnya dingiinnnn dan menusuk. Kalo ada yang mau ke sana sebaiknya bawa body lotion untuk kulit kering, karena cuacanya bikin kulit kering dan pecah-pecah.

Negara pertama yang gw kunjungin adalah Italy, tepatnya di kota Rome, ibu kota Italy. Dari sini, gw menuju ke sebuah negara di dalam negara. Yap betul, negara Vatican, yang disimbolkan dengan kunci dan pedang (Santo Petrus dan Santo Paulus).

Setelah mengantri cukup lama, gw pun masuk ke Gereja Vatican yang guedeeee dan megaaaahhh banget. Di langit-langit juga ada lukisan yang dilukis oleh Leonardo Da Vinci, yang konon lukisan ini diselesaikan oleh pelukis lain karena kedua mata Da Vinci buta akibat tetesan cat dari langit-langit yang masuk ke mata sewaktu dia melukis.

Di dalem gereja, gw juga ngeliat Holy Door atau Pintu Suci yang dibuka hanya 25 tahun sekali buat pertobatan (kalo ga salah inget). KEREN tapi suasananya tetap KHUSUK.

Dari luar gereja, gw bisa ngeliat balkon tempat Paus biasa berkhotbah atau memberkati orang-orang sekitar. Pada saat Natal atau Paskah, Paus biasanya mengucapkan selamat dalam berbagai macam bahasa, termasuk Bahasa Indonesia :D.

Antri masuk ke gereja Vatican
Salah satu ruangan di gereja Vatican

Dari gereja, gw bersama rombongan tour menuju ke Colosseum (tempat Gladiator). Asalnya gw pikir Colosseum cuma segitu-segitu aja, tapi ternyata aslinya lumayan besaarr. Bentuknya melingkar, jadi kalo dari satu sisi, ga keliatan besarnya. Di dalemnya ada semacam labirin yang bisa bikin orang kesasar semaleman ga bisa keluar. Gw ga masuk ke dalem sih, dan memang ga disarankan untuk masuk. Di deket Colosseum, ada Arc de Constantine atau gapura kemenangan, yang kemudian 'ditiru' dan didirikan di Perancis oleh Napoleon dengan nama Arc de Triomphe.

Sekilas tentang Gladiator, pada jaman dulu, gladiator ini dijadikan hiburan. Sang gladiator biasanya datang dari kalangan yang kurang mampu, yang dijadikan budak. Mereka disuruh sang tuan bertarung melawan gladiator lainnya atau hewan-hewan buas seperti singa, harimau, dll. Event ini juga sering dijadikan ajang taruhan. Sang tuan tentu saja akan mendapat banyak duit jika gladiator 'peliharaannya' menang.


Apakah gladiator atau hewan tersebut harus bertarung sampe mati? Hmm.. itu penonton yang memutuskan. Apabila penonton 'kasihan' melihat gladiator atau hewan tertentu (biasanya andalan mereka), para penonton bisa melemparkan sapu tangan putih yang artinya penonton membiarkan 'si kalah' tetap hidup. Katanya, ada ribuan hewan yang mati dalam pertarungan tersebut, dan tentu saja, jumlah gladiator yang meninggal pun lebih banyak. Cukup kejam dan mengerikan, ya?

Dari Colosseum, gw langsung menuju ke kolam besar yang cukup terkenal di Roma. Tapi gw lupa nama kolamnya apa *dodol ya =P. Di situ, banyak yang ngelemparin koin ke kolam. Tapi, ngelemparnya ada aturannya, mesti pake tangan kanan, melewati bahu kiri. Jadi membelakangi kolam gitu :D. Terus denger-denger, katanya jumlah koin yang dilempar pun berpengaruh lho..
Ngelempar satu koin: Balik lagi ke Roma.
Ngelempar dua koin: Dapet jodoh.
Ngelempar tiga koin: Bisa cerai (soalnya di sana mau cerai itu ribet)
Ngelempar empat koin: Kawin lagi.
Ngelempar lima koin: Rejeki lancar.
Ngelempar lebih dari lima: Berarti anda serakah dan ga akan dapet apa-apa. Hehehehe...
Nah, ada yang tau, gw lempar berapa koin??
By the way, nih gambar kolamnya (plus ada gw yang lagi numpang narsis :D)


Dari situ, langsung ke hotel, udah agak malem juga sih. Sampai di hotel jam 8.30 malem (kalo di Indo jam 01.30 pagi, ga heran kalo gw ngantuk, secara dari pesawat langsung City Tour). Sampe di hotel, satu hal yang langsung dilakuin. Bukan, bukan tidur, tapi mandi! Uughh.. badan udah ngerasa ga enak nih, seharian ga mandi. Hehehe..

Segini aja dulu deh, ceritanya lanjut besok-besok lagi, ya! :D.
Wednesday, June 22, 2011

Jalan-Jalan Terus: Eropa oh Eropa

Gw abis liburan ke Eropa Barat bareng-bareng sama bokap nyokap dan adek gw, ikut tour gitu. Maklum, bokap lagi dapet bonus. Seru juga sih, banyak pengalaman lucu, kesel, sampe aneh juga.

Eropa Barat (expatexplore)

Pertama-tama, untuk sampe ke sana, harus menempuh perjalanan yang cukup panjang. Flight gw ga langsung ke Eropa, tapi dari Jakarta ke Istanbul (transit dulu di Singapore) terus lanjut lagi Istanbul - Roma, yang kurang lebih memakan waktu 15 jam di pesawat (lumayan buat bikin pantat jadi kotak).

Awal-awal sampe di Roma, gw cukup lega karena akhirnya pekerjaan duduk-di-pesawat-sampe-pantat-kotak itu selesai. Sampe di airport pagi-pagi jam 9 (waktu GMT +2 saat Summer, gw lupa musim apa gitu yang GMT +1), langsung dijemput bus untuk city tour.

Yang gw baru tau, ternyata di Eropa, bus itu banyak aturannya. Bus ga bisa parkir atau berhenti sembarangan kaya di Indonesia gitu. Kalo sampe ketahuan berhenti sembarangan buat nurunin penumpang, bisa didenda.

Selain itu, dalam sehari, bus long-distance harus istirahat minimal 12 jam. Jadi kalo malem-malem nyampe hotel jam 10, besok pagi juga jalan jam 10 pagi. Dalam 12 jam perjalanan, minimal harus ada istirahat 2 x 30 menit. Banyak banget ya, aturannya. Mau bohong juga susah, karena setiap bus ada record perjalanan dalam bentuk CD, jadi mesti hati-hati.

Masih ada lagi, sopir bus, yang biasa disebut Coach Captain, (keren amet ya?), mesti hati-hati sama speed limit karena di jalan banyak CCTV. Hiiii...

Mau tahu ga berapa duit yang dikeluarkan buat mengisi solar? Dari tangki kosong sampe penuh, kalo di-rupiah-kan bisa mencapai SEPULUH JUTA RUPIAH satu kali isi. Wuuiihhh, ck ck ck. Tapi tenaaanngg, coach captain di sana gaji dan tips nya besaarr.

Udah bosen ngomongin soal bus? Hmm, kita beralih ke makanan sekarang. Kebanyakan orang Indonesia, kalo ga makan nasi ga kenyang. Bener ga, tuh? Naaahh, di Eropa, nasi itu jaraaanngg sekali ditemukan. Nasi cuma ada di restoran Chinese atau restoran Indonesia. Namun, jumlah restoran Chinese, apalagi restoran Indonesia, bisa dibilang minim dan rasanya kurang lezat. Breakfast di hotel, jangan harap ada nasi. Gw aja udah enek-enek makan telur, sosis, roti, cereal, susu, pizza, dan burger =P. Walau begitu, gw sendiri sih masih ok-ok aja, tapi bokap gw pusiiinngg, dia sehari minimal harus makan nasi satu kali.

Masih soal makanan, chili sauce susah ditemuin. Uugghh, untung gw udah persiapan bawa sendiri :D. Jadi bagi teman-teman yang mau ke Eropa, jangan lupa bawa chili sauce dan cabe-batangan-dibungkus-koran biar ga cepet busuk, karena di sanaaaa... juga ga ada cabe batangan.

Gw ke Eropa Barat ke beberapa negara yang cukup terkenal. Daftar perjalanan lengkapnya bisa dilihat di SINI. Nah, untuk masuk ke kota wisata seperti Pisa, Venice, mobil pribadi atau bus mesti bayar pajak masuk yang jumlahnya tidak kecil, berkisar 200-300 euro (untu bus, tidak peduli ada berapa penumpang dalam bus). Cukup mahal, ya? Ya.. di sana memang tidak ada yang murah, ke toilet umum aja bayar 0,5 - 1,5 euro (1,5 euro cuma di Venice doank).

Hmm.. cerita apa lagi, ya? Banyak sih yang mau diceritain, ntar nyusul satu-satu deh ceritanya. Tungguin aja! :D